Mohon tunggu...
Mahmuddin Muslim
Mahmuddin Muslim Mohon Tunggu... profesional -

Mahmuddin Muslim, lahir di Pariaman, 22 Juli 1974. Menyelesaikan study pada fakultas ekonomi UNTAN, Aktif dalam gerakan anti korupsi Indonesia, melakukan kampanye publik gerakan antikorupsi, advokasi kasus korupsi. Aktif melakukan riset-riset sosial dan ekonomi serta bergelut dengan pemberdayaan petani

Selanjutnya

Tutup

Money

Pertanian Organik, Sebuah Solusi

2 Desember 2010   05:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:06 1839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Masalah klasik yang dihadapi oleh petani Indonesia adalah pengolahan lahan pertanian dengan biaya mahal tetapi menghasil produk pertanian yang dihargai murah oleh pasar. Masalah ini disebabkan, pertama, harga bibit/benih dan pupuk yang mahal, hal ini disebabkan benih/bibit yang digunakan tidak dihasilkan sendiri oleh petani tersebut. Sehingga para petani tidak memiliki daya tawar terhadap harga Bibit/Benih. Demikian juga dengan pupuk yang digunakan, merupakan hasil pabrikasi dengan metode kimiawi yang dijual dengan harga mahal pada petani Indonesia. Masalah harga yang mahal ini selalu menjadi perdebatan di banyak kalangan, mulai dari rantai distribusi yang terlalu panjang, tidak adanya peran pemerintah, atau tidak berhasilnya perusahaan pupuk milik Negara dalam memenuhi kebutuhan pupuk bagi petani Indoensia. Sayangnya, perdebatan ini menghasilkan konklusi yang membantu petani bisa memperoleh harga yang murah. Kedua, minimnya pengetahuan petani dalam pengelolaan lahan pertanian. Mulai dari pengetahuan penyiapan lahan, system hidrologi (air), pola tanam, karakter lahan, cuaca dan kecenderungan pasar produk pertanian. Ketiga, "menghilangnya" pengetahuan dan kearifan lokal dalam mengelola lahan pertanian. Pengetahuan dan kearifan lokal dalam mengelola lahan pertanian yang sudah tumbuh dan berkembang sejak dulu, secara perlahan hilang karena banyak faktor. Padahal pengetahuan dan kearifan lokal yang di "wariskan" oleh nenek moyang bangsa Indonesia tersebut, jika dikreasi maka akan sangat membantu petani dalam mengelola pertanian. Pengetahuan dan kearifan lokal tersebut berkait dengan pola tanam, cuaca, sistem hidrologi, tanah, serta pupuk yang dibutuhkan dalam usaha pertanian. Biasanya pengetahuan dan kearifan lokal ini, mengajarkan pada kita pemanfaatan secara bijak alam sekitar dalam usaha memenuhi kebutuhan manusia. Keempat, belum adanya kebijakan terpadu dari pemerintah dalam mendorong kemajuan pertanian di Indonesia. Mulai dari kebijakan bibit.benih, pupuk, sampai pada kebijakan harga pada produk pertanian.

Tak heran, nasib para petani Indonesia selalu simetris dengan kemiskinan dan kebodohan di Indonesia. Ironisnya, bahkan ketika harga produk pertanian melambung tinggi di pasaran, petani tidak pernah menikmati impact dari kenaikan harga produk tersebut. Hasil produksi petani setiap tahun hanya mencukupi untuk menutupi hutang biaya produksi dan ketika musim tanam datang, mereka membuat hutang baru lagi. Ini mungkin disebut oleh Holder sebagai siklus kekerasan/kemiskinan.

Sebagai negara yang memiliki lahan pertanian yang luas, maka sudah semestinya masalah klasik yang dialami oleh para petani harus menjadi pertanian semua kalangan. Perumusan konsep mestinya dibarengi dengan upaya-upaya kongkrit dalam memajukan pertanian sehingga memberi dampak pada para petani dengan indikator semakin baik kualitas hasil pertanian yang tentu saja akan semakin baik harga yang diterima oleh petani dan meningkatnya kesejahteraan petani. Demikian pula dengan pemerintah, kebijakan-kebijakan yang diterbitkan harus secara nyata mampu mendorong peningkatan kualitas produk pertanian. Kebijakan-kebijakan tersebut mesti diikuti dengan tindakan-tindakan yang secara nyata memberikan "proteksi dan privilage" pada petani kita.

Selain itu, perlu dilakukan transformasi secara gardual baik dalam teknologi, produksi dan kemadirian. Kemampuan untuk memanfaatkan potensi lokal harus secara terus menerus di dorong sehingga petani tidak lagi memiliki ketergantungan pada pihak-pihak yang diluar kontrol mereka. Sistem pertanian organik adalah salah satu solusi dalam memecahkan masalah klasik di dunia pertanian. Sistem pertanian organik, adalah sebuah proses pertanian yang memanfaatkan alam sekitar. Metode dan teknologinya merupkan pengetahuan dan kearifan lokal yang sudah tumbuh dan berkembang secara turun temurun. Dengan demikian sistem pertanian organik secara metode dan teknologi lebih mudah di fahami dan diterima oleh petani Indonesia. Selain biaya produksi yang murah, karena semua faktor yang dibutuhkan dalam proses pertanian dapat dengan mudah dijangkau oleh petani dan selalu tersedia setiap saat. Apalagi, harga jual hasil pertanian organik sangat tinggi di pasar dunia seiring dengan kesadaran dan semakin tumbuhnya pasar produk petanian non kimiawi.

Kenapa Pertanian Organik?

1. Lebih aman, karena bebas pestisida sintetis, hormon sintetis dan bebas MGO (transgenik)

2. Pelestarian Lingkungan (konservasi air, mempertahankan keanekaragaman hayati, menjaga keseimbangan ekosistem)

3. Efesien karena ekternal input relatif tidak ada, sarana produksi dibuat/produksi sendiri, pemanfaatan sumberdaya lokal

4. Lebih kaya nutrisi

Kandungan Kalsium (mg/100gram)

Organik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun