Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menilik Budaya dalam Ruang-ruang Kelas Kita

20 Maret 2019   08:15 Diperbarui: 21 Maret 2019   13:05 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana belajar-mengajar di SDN 11 Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Kamis (10/3). Sekolah ini berstatus rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) sejak tiga tahun terakhir. Setiap kelas pada program RSBI hanya diisi 28 murid dan diasuh dua guru. (KOMPAS/IWAN SETIYAWAN)

Dalam pidato kebudayaan yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) di Taman Ismail Marzuki, 6 April 1977, Mochtar Lubis merumuskan karakter atau sifat manusia Indonesia ke dalam 6 sifat. Anehnya, hampir semuanya bersifat negatif.

Enam sifat manusia Indonesia menurut Mochtar Lubis tersebut adalah; (1) hipokrit atau munafik, (2) tidak bertanggung jawab, (3) berjiwa feodal, (4) percaya takhayul, (5) artistik, dan (6) watak yang lemah. (Manusia Indonesia, 1990)

Semua orang tersentak. Karena sebelum rumusan sifat manusia Indonesia oleh Mochtar Lubis muncul, kita selalu membanggakan diri sebagai bangsa timur yang ramah, yang bertanggung jawab, dan sifat-sifat baik lainnya sebagai sematan.

Hanya saja, lontaran Mochtar Lubis hanya menjadi polemik yang kemudian tak terdengar lagi bersama berlalunya waktu. Hingga kemudian muncul lagi keluhan demi keluhan tentang budaya kita dalam menghadapi masa depan atau masa revolusi industri 4.0.

Budaya dalam Ruang Kelas
Tak ada yang tak berubah kecuali perubahan itu sendiri. Sebuah filosofi hidup yang sangat penting untuk melihat masa depan. Termasuk melihat masa depan budaya kita sehingga kita tidak terjatuh pada gegar budaya.

Pendidikan juga tak mungkin tak berubah. Pendidikan akan selalu berubah bersama perubahan-perubahan yang terjadi di sekitarnya. Karena pendidikan memang tidak berada di dunia antah berantah, dunia suwung atau kosong. Pendidikan ada di dunia yang terus dan akan terus berubah.

Seorang teman merasa pusing ketika dia mengajarkan materi TIK kepada murid-muridnya. Saat dia baru mengajarkan Microsoft Word 2007, di luar sudah berkembang Word 2010. Ketika dia mengajarkan Word 2010, di luar sudah berkembang Word 2013. Dan seterusnya. Berkejaran tiada henti.

Apalagi jika kita kaitkan pendidikan dengan revolusi industri 4.0. Segala macam sudah tersedia. Informasi apa pun sudah ada di "Mbah Google". Ketika guru masih gagap memberi jawaban, di Youtube sudah ada video tutorial yang super canggih. Terus pendidikan dan guru ketinggalan dari perkembangan revolusi industri 4.0 tersebut.

Apa arti semua itu?

Pendidikan akan selalu tertinggal dari perkembangan masyarakat tempatnya berada. Lalu untuk apa ada pendidikan kalau hanya mampu mengajarkan sesuatu yang sudah usang? 

Oleh karena itulah, dunia pendidikan harus berubah. Pendidikan harus mampu menjadi penyuluh dan penyelaras perkembangan zaman. Pendidikan harus berada di garda paling depan. Caranya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun