Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Orang-orang Gila di Senayan

21 Agustus 2017   13:20 Diperbarui: 21 Agustus 2017   13:35 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awalnya aku juga gak percaya.

Tapi, kemudian aku menjadi terperana.  Saat melihat sendiri dengan lototan mata.  Ternyata, benar.  Di daerah Senayan, di salah satu gedung yang cukup menjulang dan di depannya ada gedung kayak pantat belah dua itu terdapat begitu banyak orang gila.

"Rata-rata mereka orang daerah.  Bukan orang Jakarta," kata temanku itu mencoba meyakinkanku mengenai kebaradaan orang-orang gila itu.

"Di gedung apa meraka tinggal?" tanyaku penasaran setengah tak percaya karena tak ada satu pun koran nasional atau koran ibukota yang menjadikan kehadiran orang-orang daerah alias orang-orang kampung yang agak kekampung-kampungan gila di Senayan.

"Kalau tidak salah nama gedung Deper, gitulah," jawab temanku yang ragu dengan ingatannya sendiri.  Mungkin juga sudah sedikit tertular virus gila atau lupa ingatan itu.

"Emang boleh nonton?" tanyaku sambil ketawa dikit.

"Boleh, tapi memang mesti hati-hati, karena virusnya bisa menular melalui kentut.  Siapa pun yang membaui kentut orang-orang gila di gedung Deper itu, maka dalam hitungan menit akan berpikir dan bertindak seperti mereka," jelas temanku yang membuat bergidik dan membuat langkah penasaranku undur beberapa jengkal.

"Jadi gila?"

"Sebetulnya, mereka juga tidak pernah merasa gila.  Orang gila mana yang merasa dirinya gila?  Tak ada!  Kalau ada orang gila yang sadar akan kegilaannya, maka pada sesungguhnya orang tersebut yang demikian itu, tidaklah gila, baik dalam pengertian sederhana maupun pengertian yang paling ngejelimet sekali pun.  Tapi itulah mereka.  Mereka bahkan akan selalu berpidato macem-macem termasuk tentang orang-orang gila yang dengan kegilaannya telah berjasa untuk negeri ini."

"Iya?"

"Kemarin saja, waktu aku ke sana, ada yang bilang begini, Kalau para pahlawan itu tidak gila, pasti tidak mau melawan tentara Belanda atau tentara Jepang yang senjatanya modern hanya dengan bambu runcing.  Kegilaan para parlawan itulah yang membuat negeri ini merdeka.  Terus teman-teman gila mereka pun berteriak sambil mengangkat kepalan tangan, "Hidup orang gila! Hidup orang gila!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun