Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kematian Hitam Feodalisme

15 April 2019   14:56 Diperbarui: 16 April 2019   06:40 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tahun 1346, segerombolan penumpang gelap dari Asia menaiki kapal milik saudagar yang melintasi Jalur Sutra sebagai urat nadi terpenting di kawasan trans-Asia. Mereka kemudian menyebar teror kematian hitam atau The Black Death dan memakan hampir separuh penduduk dunia. Petani yang lolos dari maut bangkit untuk menuntut balas.

Giovanni Boccaccio, seorang penyair lagenda dari Florence, Italia yang menyaksikan langsung tragedi ini menulis catatan: Ketika mereka datang dengan cepat, segala akal budi dan kepandaian manusia tak berdaya menghadapinya. Mereka memiliki kecepatan luar biasa dan amat mengerikan, darah yang menetes dari hidung adalah petanda bahwa ajal sudah dekat.

Penumpang gelap yang menduduki kapal milik saudagar Genoa itu adalah tikus-tikus yang di dalam tubuh mereka hidup enterobakteria Yersinia Pestis penyebab penyakit Pes. Kisah pembantaiannya dimulai dari kota Tana hingga seluruh Mediterania. Pada 1347 gelombang penyakit ini sudah menyerang Konstantinopel, lalu pada musim semi 1348, mereka sudah mematikan separuh penduduk Prancis dan Afrika Utara, sebelum singgah ke Italia.

Daron Acemoglu menulis, begitu mengetahui penyakit ini-atau mereka menyebutnya kutukan-akan segera melanda negerinya, pada Agustus 1348 di Inggris Raja Edward III memerintahkan Uskup Agung Canterbury untuk menggelorakan doa bersama dan seluruh uskup menulis maklumat agar rakyat bersiap menghadapi petaka ini.

Ritual tersebut hampir tidak membantu, karena dalam sekejap separuh warga Inggris telah lenyap. Bencana ini secara drastis menimbulkan dampak terhadap tatanan negara dan sosial. Ketika itu rakyat ditekan kuat-kuat oleh tangan-tangan feodal. Seluruh rakyat adalah budak tani atau serf, yang diupah sangat kecil dan dicambuk.

Pada 1349 hanya sedikit petani yang tersisa dan bersiap meninggalkan ladang atau membuat perhitungan kepada tuan tanah yang tak lain adalah bangsawan - bangsawan feodal. Pada 1351 Pemerintah Inggris berupaya menghentikan gelombang tuntutan kaum tani dengan semacam Statuta Pekerja.

Namun siapa peduli, tikus-tikus penumpang gelap dari Asia itu telah membuat mereka bergelora dan menetapkan nilai yang tak bisa ditawar. Pada tahun 1381 meletus Revolusi Petani di Inggris yang digerakkan oleh Wat Tyler. Meskipun nyawanya berakhir tragis melalui hukuman mati, namun revolusi ini telah menjadikan sistem kerja paksa feodal di Inggris berhenti total. Negeri ini segera mencatat pertumbuhan pasar tenaga kerja inklusif disertai tingkat upah tinggi, yang kemudian menjadi model terbaik dunia di abad pertengahan.

Kisah ini memberi kita catatan bahwa sepak terjang feodalisme telah menitipkan mimpi buruk ke dalam sejarah panjang dunia. Feodalisme hanya bisa ditumpulkan dengan berbagai revolusi sebut saja Revolusi Agung di Inggris, Revolusi Perancis, Revolusi Amerika, atau tragedi mengerikan seperti The Black Death. 

Kitab-kitab filsafat dimusnahkan, dan embrio-embrio teknologi tinggi dimatikan oleh sejarah feodalisme dalam hampir 2.000 tahun. Para tiran hanya menerima proposal teknologi senjata untuk menjinakkan rakyat dan mengobarkan perang, disamping merangkul tuhan-tuhan untuk memastikan rakyat tetap berlutut.

Bahkan hingga abad modern anasir-anasir feodalisme tetap dipertahankan agar kekuasaan menjadi kukuh. Menyimak definisi feodalisme sebagai struktur pendelegasian kekuasaan sosio-politik yang dijalankan kalangan bangsawan atau monarki untuk mengendalikan berbagai wilayah yang diklaimnya melalui kerja sama dengan pemimpin-pemimpin lokal sebagai mitra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun