Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Persaingan Merebut Suara Konstituen, Ahok-Djarot yang Menang

21 Februari 2017   14:11 Diperbarui: 21 Februari 2017   14:21 1400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pilkada DKI Jakarta pada 15 Februari yang lalu tidak menghasilkan pemenang. Ahok hanya menang tipis, meperoleh sekitar 44%. Sedangkan Anies memperoleh suara 41%. Maka putaran kedua harus digelar pada 19 April 2017 yang akan datang.

Ada 40% suara rakyat Jakarta yang  diperebutkan.  Tentunya dengan asumsi Ahok sudah mengantongi 44% suara dari pemilih setia. Mereka percaya  Ahok dan Djarot pastilah meneruskan dan bahkan menyempurnakan program pembangunan Jakarta. Jakarta akan segera menjadi kota metropolitan modern, tidak ada lagi banjir dan kemacetan lalu lintas.

Begitu pula dengan Anies, sudah mengantongi 41% suara yang diprediksi akan tetap memilihnya pada 19 April mendatang. Mereka adalah rakyat Jakarta yang percaya dengan janji-janji Anies, termasuk akan mefasilitasi mereka dengan kredit rumah tanpa DP. Mereka adalah orang-orang yang tidak suka mempunyai gubernur dari kalangan minoritas. Apalagi double  minoritas, seperti Ahok yang sekarang bahkan menjadi tersangka kasus penghinaan agama.

Yang menjadi masalah bagi mereka berdua adalah, 40% suara yang diperebutkan adalah milik si pemilih sendiri. Meski Agus Harimurti Yodhoyono mendapatkan 17% suara pemilih, sekarang suara itu tidak bisa diklaim lagi oleh Agus. Terserah para pemilih kepada siapa suara itu diberikan  atau mereka menjadi golput.

Yang selalu beruntung adalah 3 partai politik Islam atau yang berbasis masa Islam.  Mereka mengklaim seakan-akan 17% suara yang dimiliki Agus adalah suara kader mereka, hasil kerja mesin partai. Pada hal klaim itu sebenarnya “jauh panggang dari api”. Maka mereka mendukung paslon-gub yang banyak uangnya. Saya percaya SBY sudah mengeluarkan banyak uang untuk PPP, PKB dan PAN. Tetapi ternyata hasilnya Agus kalah dan hanya mendapatkan dukungan dari 17% pemilih. Lalu tanpa malu-malu 3 partai pendukung Agus akan mengalihkan 17% suara milik Agus kepada yang mau membayar. Mungkin PDIP, Golkar, Nasdem dan Hanura mau membayar. Mungkin pula Gerindra akan mau membayar 3 parpol Islam itu, agar Anies bisa menang.

Meskipun demikian masih ada 23% suara golput. Sebagian pemilik suara golput itu mungkin tetap saja golput,  Sebagian lagi tergugah hati mereka, lalu mereka memutuskan untuk memilih, Ahok atau Anies. Maka pemilih yang rasional akan memberikan suara mereka kepada Ahok.  Sedangkan pemilik suara yang  terprovokasi sentimen keagamaan akan memilih Anies.

Saya percaya rakyar DKI Jakarta semakin rasional . Maka pada putaran kedua, Ahok akan mendapatkan minimal 55% suara. Oleh sebab itu, Gubernur DKI Jakarta periode  2017 sampai 2022 adalah Ahok berpasangan dengan Djarot. Sedangkan Anies akan kembali ke kampus, menjadi dosen, profesi awal yang ditekuninya, sebelum menjadi politisi.

Sekian dulu dan salam Kompasiana

M. Jaya Nasti

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun