Mohon tunggu...
M. Jaya Nasti
M. Jaya Nasti Mohon Tunggu... mantan profesional -

Hanya seorang kakek yang hobi menulis agar tidak cepat pikun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anak Cucu Perantau Minang di Kancah Politik

25 Agustus 2015   10:10 Diperbarui: 4 April 2017   18:07 2477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Orang Minangkabau di perantauan banyak yang aktif di dunia politik. Sepertinya dunia politik menjadi pilihan kedua setelah dunia bisnis. Sudah sejak permulaan abad ke-20, orang-orang Minang sudah mulai terlibat dalam dunia politik. MIsalnya Tan Malaka, tokoh yang dikagumi Bung Karno, meskipun ia menjadi pelarian di luar negeri. Tulisan-tulisan Tan Malaka ditunggu-tunggu oleh Bung Karno sebagai bahan  inpirasi bagi pidato-pidato politiknya di tahun 20-an.

Lalu pada 1928, sewaktu dilangsungkan acara Sumpah Pemuda, tampil Muhammad Yamin dari Talawi, Sawahlunto, mengajukan konsep sumpah pemuda yang akhirnya disetujui oleh seluruh peserta rapat. Itulah konsep sumpah pemuda yang selalu kita baca pada upacara peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober, setiap tahun.

Pada masa menjelang dan awal kemerdekaan banyak sekali politisi  Indonesia yang berasal dari Minang. Di sana ada Muhammad Hatta yang menjadi salah satu dari dua proklamator kemerdekaan RI, bersama Bung Karno. Lalu pada masa sulit, beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan, para pemimpin Indonesia sepakat untuk mengubah system kenegaraan menjadi parlementer, sebagai upaya untuk menangkis tuduhan Indonesia merdeka sebagai negara boneka Jepang. Maka ditunjuklah Sutan Syahrir yang berasal dari Koto Gadang sebagai Perdana Menteri. Ia ditemani H. Agus Salim yang juga berasal dari Koto Gadang. Lalu muncul nama-nama seperti Muhammad Natsir,  Assaat, Khairul Saleh, dan  sebagainya. Pada setiap generasi, selalu muncul politisi dari Minangkabau. Tidak pernah ada kabinet yang menterinya tidak ada orang Minangnya.  

Pada Kabinet Kerja Jokowi sekarang, setidaknya ada 3 menteri dari Minangkabau atau merupakan anak cucu orang Minang. Ada Rizal Ramli, Nila Muluk, dan Sofyan Djalil. Lalu ada Irman Gusman, Ketua DPD,  Osman Sapta Odang, Wakil Ketua MPR, dan Triawan Munaf, Kepala Badan Ekonomi Kreatif.   

 Selain itu ada pula sejumlah tokoh politik nasional yang merupakan anak-cucu atau cicit orang Minangkabau yang berkiprah di dunia politik. Mereka sudah campuran, hanya sebagian dari darahnya mengalir darah Minangkabau, dari pihak ayah atau dari ibu saja.

Yang paling terkenal adalah Syafruddin Prawiranegara, Ketua Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) pada saat para pemimpin Indonesia ditangkap Belanda dan ditawan di Pulau Bangka. Ia pernah menjadi Gubernur Bank Indonesia dan menjadi ahli moneter Indonesia. Syafruddin adalah cucu orang Minang dari pihak ayah, sedangkan ibunya dari Banten.

Lalu ada politikus dari PKS, mantan presiden partai dan mantan menkominfo, Tifatul Sembiring. Dari ayahnya yang asli Batak ia mendapatkan nama marga Sembiring. Karena nama marga itu terpasang pada namanya, maka ia lebih terkesan sebagai orang Batak. Tetapi ia lahir dan bersekolah sampai SMA di Bukitinggi lalu merantau ke Jawa. Ibunya adalah orang Minang dari Nagari Tabek Sarojo, sekampung dengan Irman Gusman, Ketua DPD RI yang asli Minang, Dari sukunya dari garis ibu, ia mendapatkan gelar datuk, yaitu Datuk Tumangguang.

Siapa sangka, mantan Presiden Megawati Soekarno Puteri adalah juga cucu atau cicit perantau Minang. Berdasarkan penuturan Megawati sendiri, ia berdarah Minangkabau dari pihak ibu (Fatmawati) yang berasal dari Bengkulu, merupakan  keturunan dari keluarga kerajaan Indrapura, salah satu kerajaan kecil di Kabuparen Pesisir Selatan. Raja Indrapura tunduk kepada raja Minangkabau di Pagaruyung.

Orang Bengkulu memang banyak berasal dari Minangkabau. Mereka merantau ke Bengkulu, mungkin satu setengah abad yang lalu. Pada tahun 1800-an\, banyak orang Minang meninggalkan kampung halaman karena terjadi Perang Paderi. Mereka menjauhi kampung halaman mereka yang menjadi pusat peperangan. Ada yang pergi ke utara, menyeberangi wilayah Batak dan sampai di Aceh. Sampai sekarang, sekitar 30% penduduk di Aceh Selatan dan Aceh Barat berasal dari Minangkabau. Mereka masih menggunakan bahasa Minang dalam percakapan sehar-hari.  Lalu ada yang merantau ke wilayah Selatan Sumatera, termasuk Bengkulu dan Palembang. Bahkan ada pula yang menyeberang ke Pulau Bangka dan Belitung.

Sedangkan Taufiq Kemas, suami Megawati Soekarno Puteri, yang berasal dari Palembang,   ternyata juga berdarah Minang. Neneknya berasal dari sebuah nagari di Tanah Datar. Taufiq Kemas yang waktu itu menjabat Ketua MPR mendapatkan penghormatan dari sukunya dengan memberikan gelar datuk, yaitu Datuk Basa Batuah. Acara helat pengangkatan Taufiq Kemas menjadi datuk diadakan di Rumah Adat Istana Pagaruyung.

Di Pulau Belitung, ada dua tokoh politik nasional cucu orang Minang. Keduanya menjadi ketua partai politik. Yang pertama adalah DN Aidit, Ketua Partai Komunis Indonesia (PKI), memimpin kudeta yang dikenal dengan sebutan Gestapu (Gerakan September Tigapuluh). Ia mengakhiri hidupnya sebagai pelarian dan mati terbunuh pada 1966. Ayahnya bernama Abdullah Aidit, pendiri ormas Islam Nurul Islam yang berafiliasi dengan Muhammadiyah. Sewaktu masih kecil di kampung, ia bernama Ahmad Aidit. Di kampungnya ia rajin sembahyang dan menjadi muazin di mesjid karena suaranya yang lantang. Pada umur 13 tahun ia pergi merantau ke Jawa dan mulai tertarik membaca buku-buku beraliran sosialis dan komunis, lalu ia menjadi komunis. Ia mengganti nama Ahmad menjadi Dipa Nusantara dan mempopulerkannya dengan singkatan DN Aidit. Tapi kadang-kadang dia menyebutkan  DN adalah singkatan Dja’far Nawawi, karena dari kakek neneknya ia berdarah Minang.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun