Mohon tunggu...
Dwi Purwanti
Dwi Purwanti Mohon Tunggu... lainnya -

Iseng is my state of art

Selanjutnya

Tutup

Healthy featured

Cara "Memaksa" Anak Makan

29 Juni 2013   06:35 Diperbarui: 18 Agustus 2017   15:11 2278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (goodtoknow.co.uk)

Beberapa hari lalu saya membaca sebuah tulisan HL tentang anak balita yang hanya senang minum susu formula mahal tapi tidak mendapattkan asupan makanan padat yang seimbang. Hal ini mengingatkan pengalaman saya sendiri ketika masih mengurus Jaimee dulu.

Karena dia sudah cukup besar ketika saya tiba (hampir berumur 9 bulan) maka dia mulai diperkenalkan pada makanan pendamping berupa bubur susu instan. Awalnya dia begitu lahap menghabiskan semangkuk bubur susu dalam sekali makan, kadang malah minta tambah. Namun hal itu hanya bertahan sebulan saja. Jaimee mulai menolak bubur susu yang saya siapkan.

Memutar otak dan berkonsultasi kepada kedua orangtuanya, saya mengusulkan untuk mulai memberikan gastric diet sehingga kita sendiri yang menentukan menunya bagaimana dan tentu saja bakal lebih bervariasi dalam soal rasa.

Untung saja si bos berdua ini percaya saja pada saya sejak awal jadi mereka membiarkan saya memutuskan asupan apa yang diberikan dan apa yang tidak diberikan kepada anaknya. Dengan begitu saya begitu saya leluasa dalam segala hal yang berhubungan dengan Jaimee.

Minggu pertama saya mencoba membuat bubur beras halus yang direbus dengan kaldu daging (babi). Daging saya blender halus dan ditambahkan air agar teksturnya halus ketika dicampurkan pada bubur. Selain itu saya juga masukkan cacahan wortel dan sayuran hijau. Saya membiarkannya mencoba berbagai macam sayuran dan untungnya dia bukan anak yang rewel.

Karena makanan ini untuk bayi tentu saja saya tidak menambahkan garam ataupun perasa lain. Tujuannya untuk membiasakan anak kepada rasa asli makanan. Selain itu sistem pencernaan serta ginjal anak juga belum matang dalam menyaring zat-zat yang berlebihan dalam sistemnya.

Tak menungggu lama, Jaimee memberi "kode" bahwa dia membutuhkan makanan yang lebih bertekstur. Saya hanya bermain intuisi ketika itu, memperhatikan kebiasaan makannya dan kebiasaan laparnya. Ketika dia semakin sering lapar, semakin kasar tekstur makanan yang dia butuhkan dan semakin banyak pula jatah makannya.

Ya walau ada suara sumbang penuh kekhawatiran dari neneknya ketika tahu cucunya sudah mulai makan bubur kasar, tak menyurutkan semangat saya memberinya makanan yang menurut saya memang dibutuhkan Jaimee.

Seiring bertambah kasar tekstur makanan yang saya berikan, saya juga mengurangi kadar campuran air pada daging yang dihaluskan hingga akhirnya saya cuma mencincang halus daging dan menambahkan sayur yang hanya dipotong-potong untuk merangsang anak agar mau belajar mengunyah.

Prosesnya tidak secepat yang saya mau tapi saya meneruskan hingga dia terbiasa. Mulai pada tahap ini saya tidak selalu memberi daging cincang saja, tapi mulai saya variasikan dengan memberi telur rebus, stim berbagai macam ikan, mencoba memberinya daging ayam dan sapi, walau untuk daging sapi saya kurang berhasil membuatnya suka.

Dan saya hampir lupa, untuk makanan kecil, selain memberi biskuit khusus bayi, saya juga mulai memperkenalkan berbagai macam buah kepada Jaimee sehingga ketika melewati fase anti sayur alias mogok makan sayur, dia masih bisa mendapatkan asupan serat yang cukup lewat konsumsi buah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun