Mohon tunggu...
Mirrza Alam Akbar
Mirrza Alam Akbar Mohon Tunggu... -

merupakan lulusan dari Institut Pertanian di daerah Bogor. Penyuka Chelsea Football Club sejak tahun 2005. Salam hangat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Big Data untuk Commuter Line

20 Maret 2017   17:38 Diperbarui: 21 Maret 2017   18:00 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sudutpandangedward33.blogspot.co.id

Beberapa hari yang lalu, saya membaca sebuah artikel bagus tentang Big Data di salah satu website. Di artikel tersebut membahas bagaimana Big Data sangat membantu banyak pihak (termasuk perusahaan) dalam membuat keputusan, prediksi, dan lainnya. Sebagai contoh, pebisnis retail online dapat mempelajari perilaku para pengunjungnya berdasarkan hasil web click tracking pengunjungnya. 

Dengan mengetahui perilaku konsumen maupun calon konsumennya, maka pebisnis dapat menerapkan strategi baru guna meningkatkan penjualan, mengatur harga dan stok barang secara efisien. Contoh lainnya, perusahaan minyak dapat menggunakan data output dari sensor-sensor peralatan pengeboran mereka untuk menemukan teknik pengeboran yang lebih aman dan efisien. 

Jadi, dengan menggunakan Big Data operasional suatu perusahaan dapat melakukan penghematan pengeluaran, meningkatkan keuntungan, dan mencapai sasaran bisnis lainnya. Big Data menjadi kesempatan yang bagus. Namun apakah hanya sekedar “sektor bisnis” yang bisa dikembangkan?

Saya pun membayangkan bagaimana Big Data ini dimanfaatkan oleh PT. KAI Commuter Jabodetabek dalam menentukan orang tersebut “boleh duduk apa harus berdiri?” Jika selama ini, pengguna Commuter Line menganggap dirinya “saya capek seharian kerja jadi saya berhak untuk duduk” akhirnya membiarkan orang-orang yang bekerja jauh lebih keras (daripada dia) pada hari itu berdiri sampai stasiun tujuannya.

Lalu apa saja yang menjadi penilaiannya?

  • Titik berangkat pengguna Commuter Line itu ke stasiun awal.
  • Seberapa jauh pengguna harus berjalan kaki untuk sampai di stasiun awal?
  • Berapa banyak stasiun yang dilewati dari stasiun awal sampai stasiun tujuan?
  • Seberapa sering pengguna duduk dalam periode satu jam sebelum sampai di stasiun awal?
  • Bagaimana suasana hati pengguna dalam periode satu jam sebelum sampai di stasiun awal?
  • Riwayat penyakit yang pernah diderita si pengguna.

Big Data bisa menjadi solusi (selain memang harus dibuat satu gerbong khusus untuk para manula, tidak sekedar dari segi gender saja). Maka tidak ada lagi penilaian seseorang boleh duduk hanya dari sekedar “ah kasian.”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun