Mohon tunggu...
Miqdad Husein
Miqdad Husein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aktivis Keagamaan

Sangat menyukai joke-joke segar

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Agus Gabung Ke Anies, Mungkinkah Ahok ke Rizieq?

18 Februari 2017   19:13 Diperbarui: 18 Februari 2017   21:10 1039
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Agus Harimurti sedang diperebutkan Anies dan Ahok dengan kemungkinan besar bergabung bersama  Cagub dan Cawagub yang didukung Gerindra dan PKS . Bagaimana dengan Rizieq Shihab? Mungikinkah Ahok akan mendekati Rizieq Shihab untuk menjalin koalisi super hot?

Jangan tertawa membaca deretan pertanyaan di atas. Ini soal super sangat serius. Berbagai buku-buku politik terpaksa dibuka. Ya sebatas dibuka tapi tidak dibaca untuk mengkaji kemungkinan terjadinya koalisi dasyat ini. Bayangkan, dua-duanya “sangat seksi” sebagai sumber berita. Dan bila bergabung semua koran, media sosial hanya akan dipenuhi pemberitaan dua tokoh, yang tidak bergabung saja sudah jadi berita besar. Apalagi sudah bergabung. Alamak.

Marilah “berharap” sejenak dengan parameter serius atas dasar paradigma dunia politik. Sebuah dunia penuh segala kemungkinan. Apa saja sangat mungkin terjadi dalam pentas politik. Bahkan ibaratnya, minyak bisa bercampur dengan air. KH. Zainuddin MZ, pernah memberikan perumpaan bahwa politik itu selalu “koma” tak pernah titik. Sebuah penegasan tentang peluang kemungkinan apapun bisa terjadi.

Tentang Agus Harimurti sudah jelas akan jadi rebutan. Hasil perolehannya yang mencapai sekitar 17 persen membuatnya menjadi “gadis cantik” yang akan diperebutkan dua kumbang ganteng Anies dan Ahok. Wajar saja angka 17 persen menegaskan tentang gerbong Agus  akan sangat mempengaruhi keseimbangan perjalanan Pilkada Jakarta putaran kedua.

Bagaimana dengan Rizieq Shihab? Dengan segala kontroversinya ia memiliki massa relatif lumayan. Ukurannya sudah tentu bukan Aksi Massa 212. Aksi itu bukanlah cermin kekuatan massa Rizieq. Berkumpulnya massa relatif besar itu daya tariknya karena isyu penistaan agama. Faktor kasus Ahoklah yang sebenarnya membuat aksi 212 mampu mengundang massa.

Tetapi tetap diakui Rizieq dari segi popularitas cukup menarik. Karena itu bisa saja walau belum terbukti seperti Agus yang telah memperoleh 17 persen, berdasarkan asumsi dan persepsi ia memiliki massa sekurangnya anggota dan simpatisan FPI. Jadi wajar saja jika kemudian walau tak seseksi Agus, potensial  akan ditengok pula oleh kandidat Gubernur mendatang.

Begitulah politik. Seperti kata-kata bijak pematung Bali, tak ada potongan kayu yang terbuang, yang tak bisa dimanfaatkan. Apalagi ini soal perebutan suara sebanyak-banyaknya. Rizieq pasti akan kebagian disambangi. Bukankah Anies sempat pula “menikmati” nasi kebuli Rizieq Shihab walau pulangnya harus disiram berbagai kecaman karena dianggap “ramah” pada kelompok yang dianggap radikal.

Lagi-lagi inilah politik. Semangatnya selalu merangkul apapun tentu tanpa membiarkan mereka yang dirangkul seenaknya bersikap. Rangkulan politik merupakan sebuah upaya mencari dukungan sekaligus bagian dari proses mempengaruhi agar sejalan visi dan misinya.

Kembali pada pertanyaan awal, mungkinkah Ahok bergabung dengan Rizieq Shihab? Jika ukurannya universalisme politik, kemungkinan seperti itu bisa saja terjadi. Apa yang tidak mungkin. Ini sangat serius lho. Tolong jangan tertawa ya. Tersenyum boleh.

Mari melihat peta politik Pilkada 2017 sebagai contoh riil tentang potensi kemungkinan dalam politik. Di Kabupaten Bolaang Mengondow, Sulawesi Utara, dua partai yang terkesan selalu panas yaitu PKS dan PDIP ternyata bisa duduk bareng dalam koalisi. Lihat pula Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, hal yang sama terjadi.

Di pentas nasional boleh saja Megawati dan SBY tak mau bersalaman; saling sindir. Tapi di berbagai daerah PDIP dan PD bukan hal luar biasa jika berkoalisi. Sebuah gambaran riil betapa politik memang serba mungkin. Ikatannya sebagaimana jargon yang sangat populer, tak ada musuh dan kawan abadi; yang ada kepentingan abadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun