Mohon tunggu...
Mini GK
Mini GK Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Muda Yogyakarta

Mini GK; perempuan teman perjalanan buku dan kamu ^^ Penerima penghargaan karya sastra remaja terbaik 2015 Penulis novel #Abnormal #StandByMe #LeMannequin #PameranPatahHati

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

20 Tahun Hidup Tanpa Daging Kambing

23 Januari 2017   18:59 Diperbarui: 23 Januari 2017   19:08 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
#sateNglathakTengahKota

Pernah dengar orang meninggal gara-gara makan olehan daging kambing?

Pertanyaan terlalu ekstrim, ya?

Kalau aku sih belum pernah dengar kabar yang seperti itu. Selama ini yang aku dengar hanya tentang mereka yang katanya kumat darah tinggi gegara habis makan olahan daging kambing. Atau orang yang tiba-tiba pusing setelah menyantap sate kambing. Entah emang punya sakit atau pusing karena harus bayar mahal. Eh, bercanda.

Karena memang konon ahli kesehatan pun menyarankan bagi mereka yang darah rendah untuk mengkonsumsi daging kambing. Kadang juga disarankan bagi yang habis donor darah untuk kembali mengimbangkan darah dengan makan kambing (mateng, tentu saja).

Dari sekian banyak kehebohan tentang olahan daging, aku masuk ke dalam jajaran orang yang tidak peduli. Pasalnya aku ini tidak suka sama yang namanya kambing. Mau diolah semenarik dan selezat apa pun, untuk daging kambing aku bilang NO.

Sudah 20 tahun (mungkin lebih) aku tidak pernah tergoda untuk menyentuh olahan daging kambing. Padahal aku masih ingat zaman SD kelas 1 dulu masih makan gulai kambing diacara idul kurban sekolah.

Alasan pertama kenapa tidak doyan karena bauk perengus. Pokoknya kambing identik dengan perengus. Kalau ada yang menyembelih kambing aku lebih baik menyingkir. Saat idul kurban aku malah nggak menyentuh daging jika belum dipisahkan antara kambing dan sapi.

Tapi,

Setelah menunggu 20 tahun, akhirnya aku kembali lagi makan olahan daging kambing. Aku diajak teman-teman untuk merasakan sate klathak di warung Nglathak di dekat UNY sana. Aku awalnya ragu-ragu mengingat riwayat hubunganku dengan olahan daging kambing begitu kurang harmonis.

Aku bertanya apa bisa aku menikmati sesuatu yang aku tidak suka?

Aku berkali-kali bilang dan mengingatkan diri sendiri bahwa kami akan makan sate klathak, itu adalah kambing. Lama banget sampai akhirnya aku pasrah dan bilang ke yang lain, “baiklah aku ikut, nanti misal nggak doyan bagianku buat kalian.” Tentu saja hal ini membuat yang lain senang. Senang karena aku ikut nongkrong pula senang karena ada kesempatan bakal dapat hibah sate daging kambing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun