Pasti aku akan merindukannya. Bidadari kecil mungil yang kini tumbuh remaja. Wajah yang selalu ceria. Senyum yang penuh semangat. Kemana lagi mencarinya. Selainmu adalah dahaga.Â
Letakmu kini di rumah para penuntut ilmu. Cukup menghantarkanmu sampai di pintu gerbang. Disana para penjagamu sudah siap mendidikmu dengan baik. Jagalah dirimu ya, Nak, baik baik. Enam bulan ke depan kita kan bersua. Jangan khawatir. Kembali dalam kebersamaan bersama keluarga juga nantinya. Jangan bersedih...
Aku ummimu. Aku ibumu. Aku bundamu. Yang melahirkanmu enam belas tahun silam. Dengan kandungan sembilan bulan aku menjagamu. Aku juga yang merawatmu.
Begitu pula saat kamu lahir. Kamu ditimang sayang.
Segalanya berubah. Waktu begitu cepat tertelan bulan. Kamu beranjak remaja. Tapi lakumu nyaris masih sama. Anak anak. Anak tetaplah anak anak. Sedewasa apapun cara berpikirmu sebelum orang tuamu tiada, tetaplah pelukku yang kamu inginkan. Hangat doaku mengalir yang kamu butuhkan. Restuku itulah yang ingin kamu dapatkan.
Nak. Kali kedua... aku melepasmu pergi. Untuk apa? Untuk berjumpa lagi nantinya. Ingatlah saudaramu yang lain juga kini sedang berjuang. Semoga hatimu diliputi kebahagian. Allah menjagamu...
Ponorogo, Juni 2018