Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senyap

18 Juli 2017   05:56 Diperbarui: 18 Juli 2017   06:35 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Udara di negeriku mendadak pergi

Jengah membaui betapa keruhnya mimpi

;senyap segera merapat.  Melipat semua pat gulipat.

Para pendekar tersisa turun berselempang kelewang

Bukan hendak ayunkan benda tajam

Tapi sodorkan belati untuk harakiri

;senyap menghampiri tergesa gesa.  Memberi geretan untuk nyalakan api.

Terbakar hampir seruang dada

Gaduh kirimkan teluh

Segala keluh akhirnya menjadi tertuduh

;senyap terbata bata.  Isaknya terdengar hingga batas neraka.

Senyap bukanlah maklum

Tapi ramai yang telah dihukum

Jakarta, 17 Juli 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun