Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Surat untuk Neng (14)

25 Mei 2017   11:41 Diperbarui: 25 Mei 2017   11:54 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku mendengar sebuah ledakan neng.  Bukan ledakan Kampung Melayu.  Bagiku itu adalah sebuah tindakan yang dungu.  Meledakkan saudaranya sebangsa.  Adalah perbuatan yang pasti diamini oleh semua setan di dunia.  Tapi hanya akan membuat malaikat memalingkan muka.  Nelangsa.

Neng, ledakan yang ingin kuceritakan adalah ledakan dari sel sel yang menyusun pembuluh darah.  Ledakan itu mengirim sinyal kepada urat syaraf yang bertanggung jawab mengolah rasa rindu.  Rasa rindu itu lalu menjalari tulang sungsum untuk kemudian mendarat di hati.  Menceritakan ini, aku menggigil neng.

Gigil itu datang karena hati memerintahkan otak untuk membuka serambi kanannya lebar lebar.  Di sana tidak ada logika neng.  Logikanya terkunci kuat kuat di serambi kiri.  Di sana lebih banyak pusaran pusaran rasa yang kalau diibaratkan adalah derasnya jeram berbatu batu.  Sungguh bisa membuat siapapun terjungkal atau mencelat terbang dalam waktu hampir bersamaan.

Medan, 25 Mei 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun