Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri Mata Merah Menyala

9 Juni 2017   02:01 Diperbarui: 9 Juni 2017   03:37 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tiga orang gadis desa itu berlari lari seperti dikejar hantu.  Hanya mengenakan kemben dan kain seperti saat mereka tadi turun ke sungai untuk cuci baju dan mandi. Keranjang keranjang berisi baju yang sudah dicuci ditinggalkan begitu saja.   Di belakang mereka terdengar gelak ketawa mengejek beberapa laki laki.  Dengan sengaja menimbulkan suara gaduh dalam pengejaran mereka. 

Sepasang mata merah menyala memperhatikan tingkah polah menyebalkan para pemuda dari kota yang sedang berlibur tersebut.  Mengganggu gadis gadis desa yang lugu sepertinya menjadi acara favorit mereka selagi menghabiskan waktu di desa.

Para pemuda tengil itu sama sekali tidak tahu mereka sedang diperhatikan oleh sesuatu yang misterius.  Sesuatu yang akan menghukum mereka.  Pada saatnya.

------

Anton mengucapkan sesuatu yang tidak lucu namun jorok.  Kedua temannya terperangah sejenak lalu tertawa terbahak bahak.  Teringat pada gadis gadis desa yang sungguh menarik hati saat digoda. 

Mereka bercanda tak tentu arah di perbatasan desa. Di atas mobil wrangler bak terbuka yang gagah.  Menunggu gadis gadis yang mereka incar pulang dari sawah.  Setelah mengantarkan makan siang untuk bapak bapak mereka yang masih membenahi pematang, membagi air dan membetulkan dangau yang hampir roboh.

Dan akhirnya yang ditunggu tiba.  Dari jauh sosok sosok lugu dan manis itu memilin pematang demi pematang menuju tepi jalan.

Langkah mereka terhenti ketika melihat tidak terlalu jauh dari mereka tiga pemuda kota itu sedang menunggu mereka dengan senyum senyum nakal. 

-------

"Mereka lagi Asri.  Kita memutar saja."  Andini mengerutkan alis sambil bersiap membalikkan badan.

"Hmmm...terlalu jauh Dini.  Lagipula mereka cuma menggoda. Tidak lebih." Astri berusaha mendinginkan temannya yang terserang panik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun