Minto namanya. Â Seorang yang pandai melawak di desa ini. Â Apapun perkataannya menjadi lucu di telinga. Â Minto sanggup membuat siapapun terbahak bahak. Â Bahkan beberapa ibu ibu selalu saja tidak bisa menghindari terkencing kencing jika Minto sedang mengeluarkan lawakannya.
Sepertinya Minto dianugerahi bakat yang luar biasa dalam melawak. Â Sepatah kata saja keluar dari mulutnya, gelegak tertawa langsung membahana. Â Itu juga karena diikuti dengan profil wajahnya yang lumayan lucu dalam memperagakan. Â Minto sangat lengkap. Â Seorang komedian yang dilahirkan di dunia nyata, Â bukan panggung panggung hiburan.
Jika ada yang tidak pernah tertawa saat Minto melucu, namanya Pak Sombar. Â Pak Sombar tidak sedikitpun nampak tertawa. Â Tersenyumpun tidak. Â Entah urat urat gembiranya sudah rusak. Â Atau selera humornya sudah sampai ke dasar. Â Tidak ada yang tahu.
Di setiap pertemuan desa, Pak Sombar adalah aktifis. Â Selalu terlibat dalam kegiatan apapun. Â Begitu juga Minto. Â Tidak pernah absen dalam pertemuan maupun kegiatan. Â Tentu saja dua ikon yang berlawanan sifat ini sering bertemu. Â Berinteraksi tapi seperti kutub dan gunung api. Â Yang satu membeku seperti es batu, satu lagi menyala nyala tak mau padam.
--------
Akhirnya menjadi guyonan dan tantangan bagi Minto dari seluruh penghuni desa. Â Jika dia sanggup membuat Pak Sombar tertawa, maka sempurnalah dia. Â Minto terperangah tentu saja. Â Ini tantangan berat. Â Dia sudah mencobanya berkali kali. Â Selalu gagal.
Pak Sombar memang seperti diciptakan untuk selalu murung. Â Bisa jadi dia adalah manusia yang diutus oleh mendung. Â Semua hal di dunia ini ditanggapinya dengan sangat serius. Â Tidak ada kosakata bercanda baginya.
Seperti malam ini. Â Rapat desa dibuka dengan membahas tentang pemilihan kepala desa. Â Ramai suara suara menyebut nama nama calon. Â Minto yang duduk di pojokan sambil cengingisan, membuka mulutnya lebar lebar saat namanya disebutkan. Â Pak Sombar yang namanya juga diajukan, menanggapinya dengan sangat dingin tanpa ekspresi.
--------
Saat uji verifikasi calon dilakukan. Â Dua nama itulah yang akhirnya muncul di permukaan. Â Minto dan Pak Sombar menjadi rival. Â Padi melawan jagung. Â Kegaduhan bertemu kediaman. Â Penduduk desa terbelah. Â Sebagian mendukung Minto, sebagian lagi berdiri di belakang Pak Sombar. Â Keduanya layak terpilih menjadi calon. Â Sama sama berkompeten dan sama sama mempunyai jiwa pengabdian yang kuat.
Kampanye digelar. Â Minto bersama pendukungnya meneriakkan jargon; tertawa adalah penghulu dari suka. Â Suka adalah awal mula dari bekerja dengan gembira.