Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hanya Perlu Satu Kata

23 April 2017   12:22 Diperbarui: 23 April 2017   21:00 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Menarik perhatianmu kepadaku.  Mudah saja.  Aku katakan; tulis....Kau akan cepat menusukku dengan matamu yang sayu.  Mengasah pisau keinginanmu yang berdebu. Menarik kecerdasanmu dari tumpukan bilah tajam bambu.  Duduk di depan balai balai tempat kita pernah beradu mulut waktu itu.  Lalu menuliskan sajak sajak untukku.

Hanya perlu satu kata saja.  Untuk menghela ribuan kuda; Hiyaaaa...berderaplah kaki kaki perkasa menghentak bumi.  Melambaikan surai surai indah menghalau sepi.  Tanpa sais di atas punggungnya, menuju tempat persinggahan yang dinanti nanti. 

Mengukur kerasnya lolongan serigala.  Di kengerian malam hutan belantara; auuuuungg....taring taring berdarah bermunculan.  Menindih bangkai seekor babi hutan.  Ini bukan tontonan tentang kekejaman.  Memang seperti itulah jalannya rantai makanan.

Hanya perlu satu kata.  Untuk memerintah dunia.  Mengambil alih paksa harta dan nyawa; serang....membanjirlah tank tank lapis baja.  Mengawal ribuan tentara menggali kuburnya di Normandia.  Berakhir dengan pucuk bayonet sebagai ganti nisannya.

Bogor, 23 April 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun