Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Getah Damar Mencekat di Baju Kita

24 Juni 2017   05:42 Diperbarui: 24 Juni 2017   06:04 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jendela malam mulai berderit menutup.  Memberi jalan bagi lelap yang tak mau terjaga.  Dinihari membuka cadarnya.  Ini hari terakhir menunaikan ibadah puasa. 

Setelah bulan penuh ampunan.  Letih sedang menunggu di ujung sana.  Membuka lagi kantong kantong caci maki yang lama tak tersedia. Menyediakan utuh serapah yang lama tak tumpah. 

Satu bulan untuk kita yang disediakan Tuhan.  Adalah mesin cuci berteknologi tak terperi.  Mencuci, membasuh dan mengeringkan.  Setumpuk kotoran bernama dosa dan kesalahan. 

Sebelas bulan yang juga disediakan Tuhan.  Adalah jelaga dan debu tak terlihat mata.  Namun melekati hati dan jiwa.  Seperti getah damar mencekat di baju kita.

Bogor, 24 Juni 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun