Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perempuan yang Ingin Menggembala Savana di Kepalanya

10 Februari 2020   17:21 Diperbarui: 10 Februari 2020   17:17 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perempuan yang pernah disakiti oleh musim, mencoba mengukur cuaca, di hatinya yang mendingin, dengan cara-cara tak biasa, ia ingin menggembala isi savana, dalam labirin benaknya.

1) Ia, perempuan itu, terbang seperti kupu-kupu. Hinggap di rerumputan yang meranggas. Batas yang jelas bagi penyintas sunyi dan peretas bunyi. Ia kemudian kembali terbang. Bukan pulang, namun mendulang kembali apa yang mesti diulang.

2) Perempuan itu mengendarai surai singa dalam perburuan titi mangsa. Agar tiba tepat pada waktunya. Tidak tergulung mendung yang datang bergulung-gulung. Juga tidak melarung murung di sungai-sungai yang mudah surut karena kehabisan senandung.

3) Kali ini giliran perempuan itu berpapasan dengan hyena. Dari air liurnya yang meneteskan malam, ia mendapatkan pelajaran tentang kegelapan. Tidak selamanya nasib buruk itu buruk rupa. Tidak selamanya keberuntungan itu adalah uang muka.

4) Selincah rusa, perempuan itu melarikan diri dari airmata yang pernah mengurungnya dalam penjara. Masa ketika duka dan lara menjadikannya titisan kemarau. Kering dan membuatnya sering mengigau. Tentang rindu terhadap hujan. Tentang rasa sendu terhadap kegembiraan.

5) Di pohon-pohon akasia yang berduri, perempuan itu menitipkan lukanya selama ini. Biarlah yang tersisa hanyalah separuh angan-angan. Dari keseluruhan kenangan yang telah digolongkannya sebagai masa silam.

Perempuan itu, di antara senja yang mulai membatu, menyelesaikan penggembalaannya terhadap waktu. Kini saatnya, padang savana di kepalanya, kembali menjadi belantara. Ia ingin tertidur lelap di sana. Di rimbun daun pokok angsana.

Jakarta, 10 Februari 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun