Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Bintang Jatuh, Langit Runtuh, dan Kopi yang Lupa Diseduh

17 November 2019   01:07 Diperbarui: 17 November 2019   01:24 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdns.klimg.com

Puncak malam ternyata punya beberapa kerumunan yang bisa menyalakan aura kegelapan. Bintang yang seakan jatuh, langit yang seolah runtuh, dan sisa kopi yang lupa diseduh.

Bintang-bintang yang terlepas dari kawanannya karena tersesat di lorong-lorong kota lalu menjelma jadi lampu jalanan di taman yang remang-remang. Menyaksikan lalu lalang orang pulang. Bergembira setelah berhasil melalui hari yang melelahkan. Tanpa meludah atau berserapah. Walau beberapa tetap saja membawa sisa-sisa rasa gelisah.

Langit runtuh karena sedang mencari-cari di mana letak subuh. Apakah selalu dalam dekapan matahari yang meringkuk di bilik ufuk, atau justru berdiam di ruang-ruang hening yang sanggup mendinginkan panasnya tengkuk. Tak peduli di mana, langit hanya ingin membasuh muka. Bersama doa-doa yang mengangkasa menemui Tuhannya.

Segelas kopi yang belum ditiupkan ruh tergeletak di atas meja di sebuah beranda yang sedang bertukar mata dengan pucuk cemara. Bersama-sama menjadi saksi utama ketika dinihari tiba lalu bertegur sapa. Membicarakan bunga-bunga kamboja yang berserakan di ujung tangga. Menganggapnya sebagai upacara sederhana menghormati rerumputan dan tanah-tanah yang mencintai wanginya.

Malampun akhirnya menuruni puncak stupa. Menyisir angka demi angka yang disediakan jam dinding secara cuma-cuma. Menghampiri pagi yang sedang terpekur di sudut waktu.  Menyelesaikan sekian banyak mimpi yang masih berbahasa gagu. Memberinya suara dan kata-kata. Apa yang nanti mesti disampaikan saat fajar mulai terjaga.

Bogor, 17 Nopember 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun