Raka bergidik. Aura pemakaman ini begitu suram dan menegangkan. Nisan-nisan sudah tertutup lumut dan banyak sekali tanah kuburan yang amblas ke bumi. Menyisakan pemandangan mencekam dan muram meskipun tidak ada sama sekali sisa tulang-tulang berserakan di dalamnya.
Kompleks pemakaman terbagi dua. Di sisi mereka terdampar, nisan-nisan berukuran sama dengan tulisan seragam berbahasa sansekerta "Barya Kapila". Dan di sisi sebelah kanan yang terhalangi tembok batu rendah terdapat jajaran nisan-nisan dengan tulisan "Sembagi Arutala".
Raja mengerutkan kening. Ini seperti dua kuburan yang sengaja dipisah karena semasa hidupnya kedua kelompok ini saling berseteru dan bersitegang. Bahkan mungkin sampai terjadi peperangan di antara mereka.
Bagian mereka terdampar ini dirasakan Raja memiliki aura yang lembut dan sedih. Sedangkan di seberangnya Raka bisa merasakan sebuah aura kekerasan hati dan pantang menyerah yang membuat merinding bulu tengkuk.
Ketiga lelaki ini bersama-sama memandang dengan takjub dan baru menyadari bahwa mereka sekarang berada di sisi dalam candi. Kompleks pemakaman ini terletak di halaman belakang candi yang terlihat sangat megah dan menakjubkan.
Sebuah pintu gerbang tinggi dan lebar terbuka tidak jauh dari pemakaman. Pintu kayu tebal yang sama sekali tidak nampak busuk maupun rusak. Kokoh dan kuat.Â
Dari pintu terbuka itu mereka bisa melihat bagian dalam candi yang sekelilingnya tertutup oleh tembok tinggi yang disusun dari batu-batu besar.
Candi yang luar biasa megah dan agung!
Raja berjalan menuju pintu gerbang diikuti Raka dan Bima. Tanpa berdiskusi untuk menyusun rencana terlebih dahulu, ketiganya yakin bahwa ini adalah puzzle selanjutnya yang mesti dipecahkan.Â
Penemuan makam dengan dua macam tanda yang berbeda tadi adalah puzzle pertama. Raka bahkan sempat mencatat semua di buku jurnalnya.