Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Bawah Atap Langit Pelalawan

17 September 2019   16:03 Diperbarui: 17 September 2019   16:26 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Atap langit Pelalawan roboh perlahan-lahan
menjatuhkan halimun pekat berhamburan
menusuk-nusuk biji mata dan mencacah batang tenggorokan
menutupi raut muka matahari
meninggalkan siluet wajah-wajah nyeri

Ini bukan pertunjukan tahun baru
atau pesta musim semi
juga bukan asap hio yang diyalakan
merayakan kedatangan dewa-dewi pembawa rejeki
atau asap dupa yang dibakar campur kemenyan
untuk mengundang para perewangan

Ini adalah asap dari serasah yang hangus
hutan-hutan yang diberangus
pohon-pohon yang dijatuhi hukuman mati
dengan menyiramkan sekumpulan api

Di sini, orang-orang menjadi pemburu, berjibaku dengan waktu
menerobos semak berduri, dan belukar yang mencakar-cakar
mencoba memadamkan api
sebelum kobarannya membunuh lebih banyak bayi
atau menghanguskan sisa anakan meranti

Di sini orang-orang tidak punya waktu senggang
berlarian menggenggam segulungan selang
bersicepat dengan ruang demi ruang yang terpanggang
tempat siamang seharusnya pulang
tempat orang-orang juga semestinya pulang
menimang harapan
bisa berdansa dengan anak-anak hujan

Pelalawan, 17 September 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun