Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tenggelam dalam Kebisuan Paling Diam

20 Juni 2019   18:36 Diperbarui: 20 Juni 2019   18:45 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika kau merasa telah kehilangan separuh hari karena terlalu banyak memikirkan koyakan hati, meratapinya, lalu sama sekali tak berusaha membebatnya dengan keinginan yang berapi, maka kau telah jatuh dalam area kedunguan yang menyebabkan semua perihal terlihat sunyi.

Jika kau merasa kehilangan perbincangan karena tidak banyak kata-kata manis yang kau ingat dalam perbendaharaan, mendiamkannya, lantas mematung murung seolah bibirmu mati suri, maka kau memerangkap dirimu dalam wilayah kosong tak berpenghuni.

Jika kau mencegah keramaian datang bertamu karena lebih menyukai membaca buku-buku yang memadati rak-rak almari, mengacuhkannya, kemudian mengusirnya secara tak sengaja melalui cara-cara mencinta air terhadap api, maka kau ada dalam situasi yang kau sendiri kesulitan untuk mengerti.

Jika kau menyuarakan kebimbangan dengan hanyut dalam sergapan lagu-lagu sumbang, berpikir jalang, mematikan radio dan menyalakan ulang waktu luang, maka kau sengaja melakukan tindakan tak berguna dengan masuk ke dalam ruang-ruang perbincangan yang lengang.

Kau tenggelam dalam kebisuan paling diam. Gelagapan mencari pegangan. Pada kerumunan yang pada akhirnya kehilangan percakapan.

Sampit, 19 Juni 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun