Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi | Purnama di Langkan Kota

17 Juni 2019   04:37 Diperbarui: 19 Juni 2019   17:47 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com/Gellinger

Purnama itu jatuh tepat di langkan kota
di antara menara yang mencoba menusuk pinggiran langit
dan gang-gang di belakangnya yang sempit
tempat orang-orang tertidur kepanasan
sembari mengipasi tubuhnya dengan mimpi
khusus hanya untuk esok hari.

Untuk hari-hari berikutnya
adalah mimpi malam selanjutnya
terlalu banyak menyusun mimpi
akan membuat mereka sakit hati
mimpi tak bisa berusia lama
kecuali jika dirawat sebaik-baiknya

Tapi merawat mimpi butuh biaya;
sepasang sepatu untuk terus berjalan
seperiuk nasi agar tak kelaparan
segelas teh pahit bagi lengkapnya sebuah sarapan
dan segayung air untuk melemaskan rambut
agar kepala tak terjebak dalam masainya kusut

Demi membesarkan mimpi
orang-orang bersedia menjerang matahari
termasuk menyeduh serpihan cahaya sisa purnama
di dapur rumahnya
memasaknya bersama harapan
selama waktu belum berpamitan, pulang menuju kematian

Jakarta, 17 Juni 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun