Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kekuatan Sebuah Judul pada Karya Fiksi

3 Februari 2019   21:11 Diperbarui: 3 Februari 2019   21:20 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di petang yang mulai gamang, ijinkan saya berbagi hasil olah pikir saya yang sangat remang-remang.

Sambil meletakkan benak saya di tempat yang tak semestinya - setiap menulis artikel, saya selalu mengkhayal berada di suatu tempat yang tak bisa didefinisikan- Saya merenungkan sejauh apa kekuatan sebuah judul pada karya fiksi.

Saya memberanikan diri untuk mengira bahwa ini akan cukup berguna bagi para penggiat literasi khususnya karya fiksi. Mudah-mudahan saja. Paling tidak, bisa menambah khasanah mbeling bagi anda.

Tentu ini bukan sebuah referensi ilmiah. Karena saya orangnya sama sekali ngga ilmiah. Malah saya menggolongkan diri saya ora nggenah.

Jadi cukup anda bilang ini bacaan ringan yang tak lebih berat dari menyantap sepotong pisang bakar dan segelas kopi di sore yang hangus terbakar namun nyaman untuk berimajinasi.
----
Judul adalah pintu gerbang ajaib bagi sebuah tulisan. Seorang pembaca dijamin 100% tidak akan masuk langsung ke tulisan tanpa membaca judulnya terlebih dahulu. Selalu begitu. Sebuah rumus baku.

Kecuali jika pembacanya termasuk golongan kutu yang suka melompat ke bagian akhir agar bisa sampai pada kesimpulan terlebih dahulu. Dan ini jarang sekali terjadi. Mungkin hanya 1 dari 1 milyar rasionya. Bayangkan!

Sebagai pintu gerbang tulisan, tentunya judul membutuhkan reading appeal yang memikat, dahsyat, bahkan kadang-kadang terkesan laknat. Tak mengapa, kalau perlu beri judul yang sedikit kontroversial agar para pembaca langsung menjadi binal untuk membacanya. Yang penting jangan SARA dengan segala keturunannya.

Indahkan pesan saya; jangan sekali-kali memberi judul tulisan anda secara normatif atau denotatif. Itu seperti menampilkan wajah ayu namun lupa memakai maskara dan sedikit perona. Bukan berarti wajah gadis desa kurang menarik jika diperbandingkan dengan gadis kota. Ini sama sekali kasus yang berbeda.

Pembaca menyukai segala sesuatu yang menerbitkan rasa penasaran. Di poin ini, rasa penasaran akan muncul secara masif pada judul tulisan.

Coba bandingkan judul karya fiksi berikut ini;
Beranak dalam Kubur, bandingkan dengan jika judulnya dirubah Di dalam Kuburan Terjadilah Kelahiran. Atau yang seperti ini, Laskar Pelangi, bandingkan jika judulnya dirubah menjadi Pasukan Anak-anak yang Berasal dari Bianglala.

Rasakan betapa daya tariknya sangat berbeda bukan? Level reading appealnya untuk kategori judul pertama bisa sampai 8 atau 9. Sementara untuk kategori judul kedua, 5 pun mungkin sudah kepayahan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun