Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Meramu Keliaran Diksi dalam Perjamuan Puisi

30 November 2018   10:57 Diperbarui: 30 November 2018   13:03 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cermin
Dalam sebuah perjamuan, secara berurutan umumnya orang berharap banyak pada kelezatan makanan, pelayanan, penataan, dan yang terakhir iringan hiburan. Setelahnya, pulang dengan hati riang dan perut kenyang.

Analogi itu bisa dipantulkan sebagai cermin sederhana dalam mereka-reka sebuah puisi. Saya lebih suka mengatakan mereka-reka daripada menulis karena puisi memang lebih tepat disebut rekaan dibanding tulisan.

Membuat sebuah puisi memang mereka. Puisi mempunyai sebuah maksud tertentu yang jelas dan pasti, namun disampaikan dengan cara-cara tidak biasa, rumit dan kadang mengada-ada. 

Dalam puisi, terdapat rekaan penulisan yang punya liukan tajam, tanjakan curam ataupun irisan-irisan menyedihkan, terkadang juga letupan kegembiraan yang dibungkus warna-warna tak terpetakan.

sumber foto : medium.com
sumber foto : medium.com
Para pembaca kemudian diajak masuk ke dalam dunia yang unik, aneh, gelap atau malah terlalu banyak cahaya, dan sudah pasti misterius. Dibiarkan berkelana dalam pikirannya sendiri untuk mengartikan apa yang sudah direka tadi. 

Sesukanya. Karena pembaca diberikan hak sepenuhnya untuk mengartikan. Tidak perlu dituntun. Seperti bila membaca sebuah pantun.

Keliaran Diksi
Kita lanjutkan. Mereka puisi pada dasarnya adalah membuat ramuan kata agar sedap untuk dibaca, memanjakan mata, sekaligus mengaduk-aduk hati. Lupakan genre. Bagi saya itu tidak penting. 

Mereka puisi adalah kebebasan paling bebas yang pernah ada di dunia. Batasannya hanya apakah itu memuaskan diri sendiri saja, atau juga berupaya mengajak orang lain untuk ikut terpuaskan. 

Tanda puas dari pembaca sederhana saja. Setelah membaca umumnya mereka akan melamun. Membayangkan dan kemudian berimajinasi. Apa sesungguhnya yang terjadi dalam rekaan puisi tadi.

Kelezatan sebuah puisi ditandai dengan seberapa kuat kita meramu diksi. Diksi adalah nyawa dari puisi. Di sinilah letak sesungguhnya ruh puisi. 

Karena itu meramu diksi adalah langkah paling utama untuk mereka puisi yang mempunyai ruh dan sanggup menggoda pembaca untuk melanjutkan bacaannya hingga habis. Tidak cuma sampai pada bait pertama saja. Lalu berpindah ke lain mata.

Bagi seseorang, diksi mudah sekali didapatkan dan kemudian diramu dengan nyaman. Bagi yang lain, meramu diksi bisa jadi merupakan kesulitan. Ini akan berbeda-beda tergantung dari tingkat kepekaan hati dan keliaran pikiran. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun