Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Beberapa Perkara yang Ingin Dilupakan Malam

25 Juli 2018   07:54 Diperbarui: 25 Juli 2018   08:22 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: villreal.com

Mimpi buruk

Sebagian orang bermimpi buruk seolah langit jatuh meruntuhi kepala. Benak terjepit tak sanggup bergerak. Suasana hati mendadak terperangkap pengap. Keringat mengalir keras seperti jeram yang paling deras. Barangkali mimpi ini dilahirkan dari rahim rasa bersalah kita terhadap apa yang telah kita lakukan sehingga langit kehilangan tenaga, tak berdaya, lalu jatuh meruntuhi kita.

Di sinilah malam ikut jatuh tertelungkup. Merasa mimpi buruk membuat malamnya ikut memburuk.

Bayangan

Malam identik dengan gelap. Gelap artinya tak terlihat.  Tak terlihat menimbulkan reka-reka. Bagi yang menyukai harta, kegelapan menyimpan istana.  Bagi yang menyenangi kecantikan, kegelapan menyembunyikan wanita. Bagi yang memuja kekuasaan, kegelapan membangunkan singgasana. Tak satupun berpikir dan berkesimpulan; di dalam istana yang penuh aroma bisa itu terdapat singgasana berduri yang dihuni para wanita cantik yang menyeringai lebih seram dari setan.

Terkadang malam berharap punya kekasih matahari.  Sehingga bayangan yang timbul bukan lagi berujud sunyi.

Ketakutan

Di pundak malam. Terpikul banyak ketakutan. Berkeranjang-keranjang. Tinggal dipilih saja. Ketakutan jenis apa yang ingin dihela. Takut terhadap kekurangan. Takut pada ketidakwarasan. Takut cemas berlebihan. Takut lupa terhadap segala jenis ingatan.  Bahkan terkadang malam sendiri takut ketika bercermin pada bulan. Di sisi mana kebaikan berada, apabila kelam ternyata tak memperlihatkan apa-apa.

Malam tak tahu mesti berbuat apa. Segala kebaikan yang tak terlihat membuatnya sedikit putus asa.

Terbius

Pada malam, pulas itu berada. Menggiring kelelahan kembali pulang ke tempatnya. Namun saking pulasnya, orang-orang terbius lupa terjaga. Melewatkan puncak malam yang disebut dinihari. Satu titik dimana tersedia titian menuju langit yang diterangi api. Menunjukkan ke arah mana kesejatian berada. Membuktikan bahwa Tuhan selalu ada di mana-mana. Kapan saja. Terutama di saat kita terlalu lena pada pejam mata.

Malam hanya bisa mengelus dada. Berharap lupa bahwa orang-orang selalu terbiasa terbius lupa.

Jakarta, 25 Juli 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun