Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Umpamakan Aku Kelambu, Tempayan atau Jala

1 Juli 2018   12:04 Diperbarui: 1 Juli 2018   12:08 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Umpamakan aku kelambu.  Tidurlah nyenyak kau di dalamnya.  Jemputlah mimpi yang kau suka.  Tak perlu sempurna, yang penting itu bisa membuatmu bahagia.  Misalnya kau ingin mendirikan tenda.  Di pinggir danau dingin yang sedari dulu ingin kau sapa.  Melarung beberapa kata.  Atas nama angan dan cinta.

Ibaratkan saja aku tempayan.  Menampung sisa tetesan.  Airmata darimu yang seringkali berkelahi dengan waktu.  Juga untuk hujan terakhir di bulan Juni yang sempat kau pinang menjadi kekasihmu.  Letakkan dalam tempayan itu.  Biarkan semua tercampur menjadi kekuatan.  Sebagai bekalmu menyegarkan ingatan.

Anggaplah aku jala.  Kau terjaring di dalamnya.  Bersama kerang-kerang.  Simpanlah rasa terdalammu dalam cangkang.  Buka nanti saat bertemu denganku.  Sebagai bukti bahwa kau memang benar-benar rindu.

Aku sendiri.  Menganggap diri sebagai lelaki yang tertambat pada sunyi.  Menyalakan sedikit api.  Berniat membakarnya menjadi abu.  Satu cara agar kau tahu aku memang rindu.

Bogor, 1 Juli 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun