Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Purnama Ketiga Belas di Gunung Walat

28 Juni 2018   04:44 Diperbarui: 28 Juni 2018   09:14 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: apkpure.com

Lingkaran manusia di sekitar api unggun itu tak henti-hentinya menyanyi.  Diiringi petikan gitar seorang pemuda kecil kerempeng bernama Sas. Lengking suara nyanyian menembus lebatnya hutan damar dan pinus yang menguasai bukit kecil Gunung Walat, hutan pendidikan salah satu universitas terkenal di negeri ini. 

Mereka tidak sadar suara gaduh itu membangunkan seseorang, atau tepatnya sesuatu yang sedang tertidur nyenyak di tempatnya yang gelap dan dingin. Matanya yang merah membuka perlahan.  Bangkit berdiri.  Lalu menggeram lirih yang tidak mirip suara manusia ataupun binatang buas.  Menunjukkan ketidaksukaannya.

Semakin malam keriuhan para mahasiswa yang sedang praktek itu makin menjadi.  Kalau awalnya tadi masih cukup sopan dengan menyanyikan lagu-lagu balada yang mendayu-dayu, sekarang nyanyiannya memasuki fase trance barangkali.  Berteriak-teriak seperti orang kesurupan.  Terutama Fendy dan Bram.  Kedua pemuda itu berteriak sambil berjingkrak-jingkrak seolah mabuk kecubung. 

"Ssssttt....Fen, Bram, stop!  Kalian terlalu gaduh. Hormati tempat ini," protes seorang mahasiswi bernama Tris.  Risih juga dia rupanya melihat kekacauan itu.  Seharusnya ini malam perpisahan yang syahdu setelah hampir seminggu mereka menghabiskan waktu di tempat itu.  Tapi sekarang malah seperti diskotik pindah ke tengah hutan.

Fendy dan Bram bukannya berhenti.  Sembari tersenyum mengejek dan lagak tengil keduanya malah menghampiri Tris.  Hendak menarik tangan gadis itu untuk ikut menari.  Tris mengelak dan bersembunyi di balik punggung temannya Ver, gadis tinggi besar yang sering dipanggil gladiator oleh teman-temannya.

Kontan Fendy dan Bram mundur.  Tidak ada siapapun yang mau berurusan dengan gladiator!  Bisa-bisa tubuh mereka biru lebam.  Terkena bantingan atau pitingan 95 kilogram.  Ver memang tidak pernah main-main terhadap orang-orang yang berani mengganggu sahabatnya. 

-----

Dan suasana makin menjadi setelah beberapa mahasiswa pria yang sebelumnya sengaja menghilang untuk minum minuman keras, muncul dan bergabung.  Gerombolan kecil pemuda badung itu terhuyung-huyung memasuki arena joget. 

Bahkan Her, si ketua geng, sengaja membuka bajunya.  Mungkin ingin pamer beberapa tato di tubuhnya yang aneh.  Tato fase bulan mulai dari sabit hingga purnama berjumlah 5 buah di ruas punggungnya.  Ketiga temannya yang lain berbuat hal yang sama.  Sama-sama membuka baju.  Sama-sama memamerkan tato yang serupa. 

4 mahasiswa itu memang terkenal sering berbuat onar.  Baik di kampus maupun sekitar kos-kosan.  Suka mabuk-mabukan, selalu membawa sajam kemana-mana, mengganggu aktifitas perkuliahan, hingga pernah juga diskors karena memukul dan menganiaya seorang dosen.  Mereka menjuluki kelompoknya sebagai Moon Hunter.  Pemburu Bulan yang entah bermakna apa.

Para mahasiswi menjadi tegang.  Suasana sudah tidak nyaman lagi.  Para pembuat onar itu mulai mengacau.  Bahkan Fendy dan Bram yang sebelumnya menguasai arena, memilih duduk.  Mereka tidak mau menjadi korban gengtengik itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun