Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Maumu Apa?

20 Juni 2018   21:29 Diperbarui: 20 Juni 2018   21:39 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ibarat memasang pelana.  Di punggung kuda yang tak siap berlari.  Yaitu ketika kau meminta cuaca mengirimkan hujan sementara kemarau baru saja tiba.  Itu cukup mengada-ada.

Itu sama dengan menambal perahu.  Memakai getah daun beluntas.  Kemudian kau mendorongnya ke lautan.  Hanya untuk menyaksikannya tenggelam.

Kau tak bisa mencurangi cuaca seperti kau bersiasat dalam hidupmu untuk tak berusaha sedikitpun mengingat lupa.  Pada hal-hal yang memancing keluarnya kekecewaan di saat kau ingin bergembira secara abadi.

Pada masanya hujan datang dengan riuh rendah kau malah menengadah ke arah langit dan memintanya agar menghentikan sedekah.  Kini langit meluluskan permintaanmu dengan mempersilahkan matahari agar mengeluarkan sengatan lebah.  Kembali kau menolaknya dengan alasan keringat terlalu banyak tumpah.  Gerah.

Lalu sebenarnya maumu apa?

Kenapa tidak sekalian saja kau memangsa cuaca sehingga mudah bagimu untuk memuntahkannya sekehendak rasa?

Bahkan Tuhan pun mungkin sedang menggeleng-gelengkan kepala.

Jakarta, 20 Juni 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun