Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dia adalah Perempuan, Lelaki dan Manusia

1 Juni 2018   08:55 Diperbarui: 1 Juni 2018   08:58 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Akhirnya dia berhenti khawatir tentang hujan.  Air sumurnya belum mengering.  Besok dia akan menimbanya untuk mandi.  Rusuh dan debu di tubuhnya sangat mengganggu.  Beberapa hari belakangan ini jalanan mengepulkan asap berlebihan. 

Dia membuka jendela agar hawa segar masuk leluasa.  Mempersilahkan segala macam wewangian berkumpul dan memanjat dinding kamar.  Menjadi semacam lukisan.  Berdampingan dengan jam yang tergantung miring.  Juga bekas lelehan air hujan yang mengering. 

Ditatanya meja di dapur dengan teratur.  Sebuah perjamuan sedang disiapkan.  Bukan untuk siapa-siapa.  Namun sebagai bukti bahwa hidangan itu selalu ada.

Dia itu seorang perempuan.  Memakai selendang yang dicetak dari daun-daun yang luruh. 

Dia itu seorang lelaki.  Mengenakan syal yang melilitkan keberanian utuh.

Dia itu mereka.  Para manusia yang masih menganggap pagi ada karena senja belum juga tiba.  Menghargainya dari kedalaman hati hingga kepundan kepala. 

Dia itu siapa saja.  Siapa-siapa yang berusaha keras berikrar tentang kilat yang menggelegar.  Adalah pertanda hujan akan turun dengan akbar.

Jakarta, 1 Juni 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun