Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Reinkarnasi (Bab 4)

8 Mei 2018   21:56 Diperbarui: 8 Mei 2018   22:01 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Raja bermimpi.  Dia merasa memasuki sebuah dunia yang berbeda.  Dirinya berada di sebuah jalanan yang sibuk dengan lalu lalang orang.  Tapi orang-orang ini berpakaian aneh.  Tidak seperti orang-orang jaman sekarang.  Para wanitanya menggunakan kain dan kemben.  Lelakinya memakai celana selutut dengan baju atas tidak berkancing.  Bahkan sebagian bertelanjang dada tidak memakai baju atas.

Raja tidak melihat mobil, becak atau sepeda.  Jalanan ramai oleh kuda dan kereta.  Ini sebuah tempat yang bisa disebut kota.  Namun tanpa McD, KFC, Starbucks dan brand-brand ternama lainnya. 

Matanya celingukan kemana-mana.  Mencari-cari sesuatu yang bisa dikenalinya.  Raja yakin dia sedang berada di dunia mimpi.  Tapi suasana benar-benar seolah nyata.  Raja bahkan mencubit lengan sekuatnya untuk memastikan tidak terasa apa-apa.  Pemuda ini terlonjak kaget! Lengannya memerah hitam dan dia kesakitan!

Pemuda ini berjalan mengendap-endap di sela-sela bangunan bata.  Dia melirik pakaiannya yang masih melekat.  Celana jeans dan kaos oblong berwarna hitam dengan gambar mawar dan pistol, Guns n' Roses.  Dia akan menjadi perhatian jika muncul di keramaian.  Kebetulan saja tadi tidak ada yang memperhatikan karena kemunculannya dalam mimpi persis di belakang gerobak yang penuh dengan sayuran dan buah-buahan.

-----

Pandangan Raja tersangkut di beberapa lembar baju dan celana yang tergantung di pinggir sebuah toko kecil.  Pemuda ini kembali mengendap-endap seperti maling.  Dirogohnya saku celana, ada dompet tapi masa sih dia bisa membeli barang dengan uang kertas masa kini, eh masa depan tentu saja kalau saat ini.  Biarlah dia pinjam tanpa bilang.  Raja nyengir kecil-kecilan.  Tetap saja mencuri namanya.  Biarlah, nanti dia kembalikan atau digantinya dengan bekerja.

Raja keluar dari gang kecil itu dengan pakaian yang sesuai dengan sekitarnya.  Kali ini dia tidak mengendap-endap lagi.  Astaga! Kenapa pula perutnya merasa sangat lapar.  Seandainya ini benar-benar mimpi tak mungkin lapar ini terjadi.  Usaha terakhir, Raja memejamkan mata sekuatnya lalu membukanya tiba-tiba.  Berharap dia terbangun dari tidur sehingga bisa ongkang-ongkang kaki di dapur sambil menikmati sekeping coklat atau bolu buatan ibunya.

Tidak ada yang terjadi.  Bahkan beberapa orang mengumpat ke arahnya yang berjalan di tengah jalan seenaknya sehingga hampir saja tertabrak oleh kuda yang dikendarai seorang gagah bertampang keras dengan baju prajurit kerajaan.

Raja buru-buru melompat ke pinggir.  Mengangkat tangan depan dada pertanda minta maaf.  Penunggang kuda itu tidak memperdulikannya. 

Rupanya laki-laki berkuda itu adalah pembuka jalan bagi iring-iringan.  Karena di belakangnya lewat juga beberapa penunggang kuda dengan pakaian yang sama.  Prajurit kerajaan.  Beberapa kereta yang terlihat mewah berada di tengah-tengah rombongan.  Kereta kencana yang sangat indah.

Raja berdiri di pinggir bersama orang-orang yang sekarang berjajar di pinggir jalan mengelu-elukan rombongan tersebut.  Kereta-kereta kencana itu berjalan perlahan dengan jendela terbuka.  Menunjukkan wajah-wajah yang bersih rupawan melambaikan tangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun