Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pelumpuh Cahaya

14 Maret 2018   11:39 Diperbarui: 14 Maret 2018   11:48 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (pixabay)

Lampu-lampu di lorong rumah sakit itu meredup seketika begitu Nanda melewatinya.   Dari yang sebelumnya begitu terang, mendadak menjadi sangat remang-remang.

Nanda terus saja berjalan menuju kamar tempat ibunya dirawat.  Kejadian seperti ini sudah berulangkali terjadi semenjak tahun lalu.  Semenjak dia memutuskan untuk tidak pernah lagi tidur malam.  Nanda sangat menyukai gelap.  Entah mengapa.  Gelap membuatnya sangat bersemangat.  Pada suatu ketika yang Nanda sendiri lupa kapan, dia hampir tidak lagi memerlukan cahaya dalam melakukan apapun di waktu malam.

Dia bisa membaca, menulis, makan, dan hampir semua hal lainnya hanya ditemani sebatang lilin kecil.  Matanya lebih tajam enam kali lipat mata manusia biasa di waktu malam.  Nanda adalah manusia dengan mata singa.  Mata Nanda adalah mata pemburu di kegelapan.

------

Nanda meneruskan langkah menuju kamar dimana ibunya dirawat.  Sudah beberapa hari ibunya sakit.  Menurut informasi yang diperoleh Nanda, ibunya menderita sakit yang langka.  Ibunya sakit dingin.  Penyakit yang entah disebabkan oleh virus atau bakteri atau entah apa.  Yang pasti, ibunya selalu kedinginan.  Bukan demam.  Dokter sendiri bingung dalam mendiagnosa ibunya sebenarnya sakit apa.

Ibunya harus dirawat di sebuah kamar khusus yang dilengkapi penghangat.  Selain itu ibunya harus mengenakan baju tebal, jaket dan semua perlengkapan pakaian musim dingin.  Begitu kata pembantu yang ditemuinya tadi di rumah saat dia datang pertama kali ke rumah itu setelah 5 tahun yang membeku.

Nanda menghentikan langkah di depan pintu kamar.  Dari luar nampak sekali kamar ibunya terang benderang.  Nanda menjadi ragu.  Kalau dia masuk, ruangan ibunya bisa kehilangan panas dan kehangatan.  Ibunya akan diserang kedinginan.

Aku harus bagaimana?

Sementara kebingungan terus menyergap hatinya.  Nanda melihat dari balik pintu kaca ibunya sedang kejang-kejang.  Tubuhnya yang kurus malah hampir jatuh terjengkang.  Nanda panik!  Buru-buru gadis ini membuka pintu kamar untuk menolong ibunya.

Begitu tangannya menyentuh gagang pintu.  Suasana terang benderang di kamar ibunya mendadak redup.  Nanda sempat melihat ibunya menggigil tak karuan.  Kontan Nanda membatalkan niatnya.  Kalau dia memaksa masuk, ibunya bisa tidak tertolong karena kedinginan.  Tapi bagaimana caranya menolong ibunya yang kejang tanpa dia masuk ruangan?

-----

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun