Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Derai Gerimis di Langit yang Enggan Menangis

6 September 2017   21:00 Diperbarui: 6 September 2017   21:00 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Derai gerimis menampilkan sebuah pertunjukan mistis

Para penarinya adalah senja di Selat Malaka

Diiringi musik melayu semegah Istana Maimun

Gemulainya menyapu mata hingga berkedip pun serasa dosa

Derai gerimis berhenti

Langit memang enggan menangis

Tak ada guna meratapi sepi

Tak ada waktu mengasihani diri

Derai gerimis tak lama bertahan

Tak cukup besar untuk menjadi hujan

Tak cukup lama untuk menjadi badai

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun