Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kemarau dan Hujan adalah Jiwa dan Hati

1 September 2017   14:27 Diperbarui: 1 September 2017   14:36 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bukan sebuah kesalahan jika aku berhenti menunggu pagi

Bukan karena aku menjauhi ufuk

Atau menghindari dinginnya air subuh

Namun lebih pada mauku untuk lebih memperhatikan senja

Karena senja sedang merajuk

Temaramnya sekarang lebih banyak dihindari

Orang orang senang mengabaikan mulainya mimpi

Orang orang lebih percaya terhadap nyata yang dituliskan hati

Bukan juga sebuah kebenaran jika aku membiarkan segalanya berantakan

Saat benang baja yang ditinggalkan laba laba menjerat sudut kamar

Biarlah itu menjadi semacam penanda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun