Dengan rasa apakah. Â Aku harus mengaduk kopi di senja yang menyembunyikan warna merah. Â Sekarang, aku bisa memilih rasa secara terserah. Kecuali tentu saja rasa amarah. Â Itu sudah aku singkirkan jauh jauh ke lembah. Â Tempat singa dan hyena saling serang dengan taring dipenuhi darah.
Dengan cangkir atau bibir. Â Aku sesap kopi tanpa setetespun tumpah. Â Jangan sampai ada yang terbuang percuma. Â Aku ingin lidahku menangkap dengan sempurna. Â Tak perlu rencana tak perlu aba aba.
Dengan gula atau cuka. Â Aku meneguk nikmat kopi tanpa sedikitpun berbeda. Â Bukan manis bukan pula amis. Â Sungguh semuanya terasa sama. Aku ada di atas semua rasa.Â
Bogor, 20 Agustus 2017