Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menangkap Cahaya

19 Agustus 2017   15:00 Diperbarui: 19 Agustus 2017   15:17 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seberkas cahaya terjebak di rumput meranggas yang siap ditebas.  Tanahnya akan diratakan untuk rumah rumah dan gedung gedung besar. Rumput itu bertempat tinggal di atas bukit kecil yang separuh tubuhnya sudah habis tersapu mesin mesin penggaruk.  Seperti punggung yang gatal setelah digigit semut api.

Tidak sampai sehari lagi.  Berkas cahaya itu akan terhapus pupus. Yang tertinggal hanya sayap sayap patah.  Seekor kunang kunang yang lelah.

Aku berjanji malam nanti.  Menangkap cahaya itu dengan segenap hatiku.  Aku simpan di dalam lampu.  Untuk aku sumbangkan kepada bintang Waluku.

Jakarta, 19 Agustus 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun