Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Suara Bahagia

18 Agustus 2017   19:37 Diperbarui: 18 Agustus 2017   20:05 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Suara bahagia terdengar lirih di kejauhan.  Dibawa senja yang ketahuan sedang mengusik ketenangan sepasang makaka sedang bercinta di antara lengan kekar pohon Ara.  Sepasang kekasih itu melompat pergi sambil merutuk kapankah malam akan tiba.

Suara bahagia kencang membahana dari halaman.  Rumpun melati yang masih berusaha berbunga tidak di musimnya digelitik oleh kedatangan gerimis.   Daun daunnya naik turun memantulkan percikan cahaya lampu.  Masih remang memang.  Malam belum benar benar datang.

Suara bahagia melebur bersama tetesan air dari stalakmit gua.  Melubangi batu batu menganga di bawahnya dengan presisi mengagumkan mengalahkan para ilmuwan.  Di tempat lain, suara bahagia mengikuti bunga bunga api beterbangan dari api unggun yang terinjak sekawanan kunang kunang.

Suara bahagia memasuki kepala seperti biola yang digesek oleh orang orang yang sedang jatuh cinta, begitu lembut sehingga mampu menghilangkan dendam sekelompok Rahwana.  Lalu menidurkannya dalam tenda yang beratap beludru sutera.

Jakarta, 18 Agustus 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun