Mohon tunggu...
Milhah Maliha
Milhah Maliha Mohon Tunggu... -

Penikmat senja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Melek Sejarah Bukan Berarti Gagal Move On

9 April 2017   18:28 Diperbarui: 10 April 2017   02:00 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: www.tongkronganislami.net

Jasmerah!!! (jangan sekali-kali melupakan sejarah).

Demikian pesan Bung Karno dalam salah satu pidatonya mengisyaratkan arti penting sejarah dalam kehidupan. Sejarah menjadi pelajaran berharga agar kita tidak terjebak pada kesalahan yang sama, yang pernah terjadi di masa lalu. Dengan sejarah pula kita dapat belajar untuk bangkit dari keterpurukan dan menorehkan tinta emas kebudayaan seperti yang pernah terjadi pada masa silam. Oleh karena itu, mempelajari sejarah bukan hanya untuk mengenang cerita masa lalu tetapi juga untuk memaknai dan mengambil pelajaran dari masa lalu sehingga keputusan-keputusan yang diambil di masa ini dapat lebih baik.

Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) sebagai sebuah peristiwa memuat kejadian-kejadian penting masa lalu terkait dengan perkembangan Islam. Sejarah jatuh bangunnya kebudayaan Islam hendaknya menjadi cerminan bagi kita bahwa kebudayaan Islam masa sekarang jauh mengalami kemunduran bila dibandingkan dengan kebudayaan Islam masa kerajaan Abbasiyah dan Ummayah. Pada masa dua kerajaan besar ini kebudayaan Islam berada pada puncak kejayaan, diamana ilmu pengetahuan baik ilmu agama maupun lainnya berkembang dengan pesat dan banyak melahirkan ilmuan-ilmuan serta disiplin ilmu baru seperti ilmu qiro’at, hadist, tafsir dan lain-lain. Bahkan pada masa itu, banyak pelajar barat yang menutut ilmu di perguruan tinggi yang dibangun khalifah Ummayah di Andalusia (Spanyol) salah satunya di Universitas Cordova.

Jika kita melihat kebudayaan Islam saat ini, maka dengan besar hati kita harus mengakui bahwa kebudayaan umat Islam telah jauh tertinggal dibanding kebudayaan Barat terlebih dalam bidang ilmu pengetahuan. Umat Islam terjebak pada sikap ‘pasrah’ yang berakibat pada lesunya pendalaman ilmu pengetahuan. Disi lain, perkembangan zaman menuntut manusia untuk ikut berkembang sehingga menjadikan umat Islam tereset oleh arus kebudayaan lain dan hanya menjadi konsumen seperti dalam bidang teknologi yang berkembang pesat dan dikuasai oleh Barat.

 Dalam bidang keagamaan, kurang luasnya ilmu pengetahuan yang dimiliki mengakibatkan umat Islam saat ini hanya memandang permasalahan dari satu sudut pandang. Umat Islam kini menjadi sulit menerima perbedaan –yang merupakan fitrah manusia–  dan memunculkan fanatisme berlebihan. Islam terpecah kedalam banyak golongan yang saling beradu, para pemimpin golongan lebih giat untuk berebut pengaruh dari pada menransfer pengetahuan dan membangun kebudayaan Islam. Sikap intoleran dan perebutan kekuasaan di kalangan pengusa seperti ini pula lah yang akhirnya membawa kebudayaan Islam dahulu  pada fase kemunduran.

Meski pesatnya kebudayaan Islam pada masa itu bukan hanya dikarenakan oleh perkembangan ilmu pengetahuannya, tapi harus kita akui bahwa perhatian terhadap ilmu pengetahuan yang begitu besar telah membawa Islam pada puncak kejayaan. Kagairahan kaum terpelajar dalam melakukan penelitian dan penerjemahan dari berbagai sumber ilmu pengetahuan yang didukung pemerintahan membawa pengetahuan baru yang menjadikan kebudayaan Islam semakin luas dan beragam, seperti dalam bidang kedokteran, astronomi, filsafat, dan seni arsiterktur.

Oleh karena itu, sudah seharusnya bagi kita untuk membangkitkan kembali gairah keilmuan dan semangat pendidikan agar kebudayaan Islam dapat bangkit dan jaya kembali seperti pada masa kejayaan kebudayan Islam di masa silam. Sejarah mengenai gilang-gemilangnya kebudayaan Islam bukan sekedar untuk di kenang dan dielu-elukan. Tetapi dari sana kita harus belajar untuk terus berkarya dan memberikan kontribusi positif untuk kebudayaan Islam masa kini dan masa yang akan datang. Selain itu kita juga harus berusaha untuk menghargai perbedaan dan memeluk erat perbedaan itu menjadi sebuah kekuatan untuk kejayaan Islam. Jangan sampai sikap intoleran dan perebutan kekuasaan terjadi kembali dan membuat kebudayaan Islam jatuh pada lubang sama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun