Mohon tunggu...
Fahmi Awaludin
Fahmi Awaludin Mohon Tunggu... Guru, Dosen -

Guru (kelas) SD; Dosen B. Inggris Niaga; Suka buat modul; chatting; beristri dan memiliki anak cantik... hehehe

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sulitkah Memaafkan?

11 Juni 2012   04:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:07 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1339389330449384442

[caption id="attachment_182033" align="aligncenter" width="333" caption="Seorang pria tengah merenung diantara rentetan tangga."][/caption]

Rasa iri, benci, kesal, marah, dendam dan sejenisnya, saya katakan adalah bagian dari kehidupan yang tak pernah jauh dari hati seorang manusia.

Pernahkah saya merasa kesal dan dendam? Jawabannya tentu saja, Ya. Lantas apakah sulit untuk memaafkan orang yang membenci saya? YA. Dengan tegas saya katakan demikian. Waktu terus berjalan ke depan dan tak pernah kembali, apapun itu alasannya. Usia semakin bertambah secara hitungan matematika. Pun dengan kekuatan fisik tak akan sama, semakin angka dalam diri ini maju, tentu berdampak pada kekuatan fisik dan pikiran. Bukan hal yang mengada-ada atau alasan yang dibuat dua hal yang saya sebutkan tak akan pernah kita, manusia, dapat menolaknya. Kematian dan Pertambahan Usia. Apa hubungannya dengan tema yang saya angkat pagi ini? Jelas ada. "...... Jujur saja saya pernah merasakan rasa kesal dan sesal atas sebuah peristiwa yang menimpa saya. Apapun itu ceritanya, kisah itu laiknya sebuah buku. Jika kita mengatakan "buku ini tak berguna, cuiiih!" Kemudian dilain diwaktu, saya mencoba membaca sebuah buku yang pernah saya beli. Hampir beberapa hari, buku itu tak kunjung selesai dibaca apalgi terasa manfaat didalamnya. Lalu saya terdiam sembari berpikir, "ada apa gerangan?" Ternyata saya teringat dulu disuatu hari berbeda, buku yang tengah saya pegang di tangan kanan, pernah dicaci maki atau istilahnya dibenci karena tidak ada manfaatnya. " Saya mulai sadar betapa pengaruhnya sikap saya terhadap benda mati (buku) secara kasat mata jika si pemilik melakukan atas apa yang diinginkannya dan berdampak terhadap dirinya sendiri. Tak percaya? Coba saja sendiri dan rasakan di suatu hari yang kita sendiri tidak tahu kapan akan menimpa diri kita (tapi lebih baik jangan coba-coba). Artinya jika saya atau siapa saja benar-benar kesal atau benci pada apapun juga, usahakan tidak berlebih atau diluar batas nalar. Sejatinya apa yang kita ucapkan atau lakukan tentu suatu hari akan kita rasakan. Sebuah ungkapan pun datang bertubi-tubi. Buah itu tak akan jatuh jauh dari pohonnya. Jadi jika selama ini saya pernah menyakiti atau disakiti, saya berusaha untuk meminta maaf dan memaafkan jika itu mengena diri ini. Dan bukankah Allah, Maha Pemaaf. Jadi yuk kita sama-sama belajar memaafkan. dan jika masih terasa sulit, terus dan teruslah berusaha selama kita diberikan kesempatan untuk hidup di dunia ini. Jadi jika kita punya kawan yang sulit memaafkan atau diri sendiri merasakan hal yang sama, cobalah perlahan membuka mata hati ini untuk memaafkan. Saya merasakan demikian berbeda ketika pernah merasakan untuk meminta maaf  dan dimaafkan. hati terasa damai dan udara kehidupan yang saya jalani sunggu memiliki energi besar. Apalagi jika membenci kemudian ada orang datang dan saya atau anda memaafkan. Sungguh tinggi lagi derajatnya. Dan diantara dua hal yang saya sebutkan, masih ada lagi. Orang lain yang salah dan menyakiti kita. Tetapi kemudian kita datang menghampiri orang yang telah menyakiti kita dan meaafkan atas sikapnya terhadap kita. Saya ucapkan betapa hebatnya Anda!. Semoga bermanfaat ya. (Fahmi Awaludin)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun