Mohon tunggu...
Mery Indriana
Mery Indriana Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

penyuka senja

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Stop Kebencian, Mari Budayakan Toleransi

25 Mei 2017   15:48 Diperbarui: 25 Mei 2017   15:51 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stop Kebencian - http://www.ahlulbaitindonesia.or.id

Beberapa hari lalu, kita dikejutkan dengan keputusan Ahok untuk membatalkan memori banding.  Melalui surat yang dibacakan istrinya, Ahok mulai belajar menerima yang dihadapi saat ini. Ahok juga tidak ingin Jakarta akan terus ‘gaduh’ karena dirinya. Atas dasar itulah, dia pun memutuskan untuk menerima dan menjalani vonis 2 tahun tersebut. Keputusan Ahok ini tentu menuai polemik di publik. Namun, keputusan ini dinilai menunjukkan karakter Ahok yang selalu mengedepankan kepentingan publik, dari pada kepentingan dirinya sendiri.

Dalam surat yang dibacakakan sang istri, Ahok mengatakan, “Saya tahu tidak mudah bagi saudara menerima kenyataan seperti ini, apalagi saya. Saya telah belajar mengampuni dan menerima semua Ini. Jika untuk kebaikan berbangsa dan bernegara, alangkah ruginya warga DKI dari sisi kemacetan dan kerugian ekonomi akibat adanya unjuk rasa yang mengganggu lalu lintas. Tidak tepat untuk unjuk rasa dalam proses saat ini. Saya khawatir banyak pihak akan menunggangi jika para relawan unjuk rasa, apalagi benturan dengan pihak lawan yang tidak suka dengan perjuangan kita.”

Kekhawatiran Ahok ada pihak yang akan menunggani para relawan yang berunjuk rasa, sangat beralasan. Terlebih banyak kepentingan yang bermain dalam pilkada DKI Jakarta. Tak terkecuali kelompok intoleran, radikal bahkan teroris. Seperti kita tahu, dalam aksi 212 sempat beredar foto dari simpatisan ISIS yang akan masuk dalam pilkada DKI. Dan terbukti, para aparat pun bertindak cepat melakukan penangkapan pihak-pihak yang diduga akan membuat Jakarta tidak kondusif.

Ketika ancaman terorisme bisa diredam, yang menjadi tugas kita bersama saat ini adalah bagaimana menghilangkan ujaran kebencian di masyarakat. Karena faktanya, akibat provokasi di media sosial, masyarakat menjadi mudah tersinggung dan menyebarkan kebencian di dunia maya. Karena itulah, Ahok juga meminta kepada pendukung dan semua orang, untuk tetap menjunjung tinggi Pancasila, UUD 1945 dan Bhineka Tunggal Ika. “Mari kita tunjukkan kalau kita percaya Tuhan tetap berdaulat dan pegang kendali setiap bangsa. Kita tunjukkan kita beriman pada Tuhan Yang Maha Esa. Pasti kasihi sesama manusia dan tegakkan kebenaran dan keadilan bagi sesama manusia,”kata Ahok.

Jika melihat apa yang dilakukan Ahok, sebagai orang yang dianggap melakukan penistaan agama Islam, ternyata pemikirannya jauh lebih islami dibandingkan orang-orang yang menuduhnya sebagai penista agama. Memang kasus Ahok ini tidak bisa sulit untuk menjauhkan dari kepentingan politik. Tapi pilkada telah berlalu. Ahok telah ditahan, karena dianggap bersalah. Kini, dia harus menjalani proses hukuman. Jika Ahok bisa melakukan introspeksi, kenapa kita tidak melakukan hal yang sama? Mari kita sudahi segala bentuk permusuhan di pilkada. Jangan sampai permusuhan yang sama kemarin, dibawa oleh pihak yang tidak bertanggung jawab ke pilkada serentak tahun 2018 mendatang.

Mari terus membumikan toleransi dalam segala ujaran dan perilaku kita. Indonesia dari lahir ditakdirkan oleh Allah, menjadi negara yang penuh dengan keberagaman. Indonesia juga ditakdirkan menjadi negara yang mengakui banyak agama. Wajar jika masyarakatnya ada yang memeluk agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu. Keberagaman agama ini, ternyata juga bisa bersanding dengan keberagaman budaya yang dimiliki sekian banyak suku di Indonesia. Nenek moyang telah mengajarkan kerukunan sejak dulu, dan menjauhkan segala bentuk permusuhan. Bagaimana dengan Anda? Semoga tidak terpengaruh virus permusuhan yang sempat melanda Jakarta beberapa waktu lalu.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun