Mohon tunggu...
Mery Indriana
Mery Indriana Mohon Tunggu... Administrasi - swasta

penyuka senja

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Belajarlah Memberi Kedamaian untuk Negeri

2 Juni 2017   07:03 Diperbarui: 2 Juni 2017   08:33 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Damai Negeriku - http://cofc3.org/

Indonesia begitu indah. Ribuan pulau yang membentang dari Aceh hingga Papua, tidak hanya menjadi daya tarik bagi penduduk Indonesia, tapi juga masyarakat dunia. Indonesia mempunyai banyak keanekaragaman budaya. Tidak hanya budaya, masyarakat Indonesia juga diberi kewenangan penuh, untuk bisa memeluk agama berdasarkan keyakinannya. Itulah kenapa di Indonesia tidak hanya ada Islam, tapi juga ada Kristen, Hindu, Budha, Konghucu dan aliran kepercayaan. Meski banyak keberagaman, Indonesia tidak aka nada tanpa mereka semua. Itulah takdir Indonesia. Negara dengan berjuta keberagamannya.

Belakangan, setelah isu SARA menyelimuti ibukota, aksi intoleransi ternyata masih saja terjadi meski saat ini memasuki bulan puasa. Aksi orang yang melakukan persekusi, dengan memburu semua orang yang menganggap telah menghina Rizieq Shihab terjadi. Perbuatan ini tentu membuat kita tidak habis pikir. Bahkan, salah satu korban persekusi di Jakarta masih kecil. Lalu, dimana ayat-ayat suci yang selama ini selalu dikumandangkan? Jika saling menghargai saja tidak bisa mereka lakukan? Ingat, selain kita tinggal di negara yang penuh keberagaman, kita juga tinggal di negara yang mengedepankan proses hukum. Jika memang ada yang bersalah, maka proseslah berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

Sebagai makhluk sosial, sudah semestinya kita bisa berbuat adil kepada siapa saja. Dan dalam berbuat adil tersebut, kita tidak boleh membeda-bedakan suku, agama, ras dan golongan. Karena pada prinsipnya semua orang adalah sama. Seperti dijelaskan dalam QS Al Maidah ayat 18 disebutkan, “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kami menjadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil, dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Lalu, jika Ramadan, yang umumnya digunakan sebagai sarana untuk mendekatkan diri pada Allah justru digunakan untuk melakukan persekusi, karena pimpinannya merasa dihina, apakah itu dibenarkan? Sekali lagi, saat ini umat muslim sedang menjalani ibadah puasa. Sudah semestinya siapapun dia yang masih mengklaim dirinya seorang muslim, harus belajar mengendalikan hawa nafsunya. Jangan merasa paling benar sendiri, dan selalu menilai orang lain dalam posisi yang salah. Marilah kita introspeksi. Jika selama ini telah berbuat salah kepada sesama, mari kita perbaiki di bulan yang penuh ampunan ini.

Mari kita belajar memberikan kedamaian untuk lingkungan, untuk negeri ini, agar bisa terbebas dari segala bentuk tindakan tidak baik. Sebagai negara dengan berbagai macam suku dan agama, sudah semestinya toleransi dan kerukunan antar umat beragama bisa terjaga. Apalagi, nenek moyang kita telah mengajarkan bagaimana bersosialisasi dengan baik. Karena itulah negara lain mengenal penduduk Indonesia mempunyai sifat yang ramah, mudah menolong, dan mengedepankan gotong royong. Perilaku yang sudah baik sejak dulu ini, jangan dirusak oleh tindakan intoleran.

Berikanlah kedamaian itu melalui ujaran dan tindakan kita. Dengan memperbanyak pesan damai, diharapkan Indonesia yang sempat bersitegang ini, bisa kembali rukun ditengah keberagaman. Diharapkan tidak ada lagi persekusi, tidak ada lagi sweeping, ataupun kekerasan yang mengatasnamakan agama. Karena agama pada dasarnya tidak pernah mengajarkan kekerasan. Sebaliknya, agama justru mengajarkan terciptanya suasana yang damai.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun