Mohon tunggu...
I Ketut Merta Mupu
I Ketut Merta Mupu Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pendamping Sosial PKH Kementerian Sosial RI

Alumni UNHI. Lelaki sederhana dan blak-blakan. Youtube : Merta Mupu Ngoceh https://youtube.com/@Merta_Mupu_Ngoceh

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jika Percaya Reinkarnasi, Kita Reinkarnasi Siapa?

16 Februari 2015   00:16 Diperbarui: 4 April 2017   18:22 16353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14239950851956248605

[caption id="attachment_351272" align="aligncenter" width="510" caption="Berbagai Jenis Kehidupan Dialami sang Roh (Rahmat Ali Akbar)"][/caption]

Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Engkau dan Aku sudah dilahirkan berulangkali. Aku dapat ingat segala kelahiran itu, tetapi engkau tidak dapat ingat, Wahai penakluk musuh.

(Bhagavad Gita IV.5)

“Anda yang sekarang ini reinkarnasi dari siapa di masa lalu?” tanya seorang sahabat ketika diskusi lintas agama. Pertanyaan itu dilontarkan seseorang di sosmed. Sudah sering mendapat pertanyaan serupa tentang reinkarnasi (lahir berulang kali), jawabannya pun mengarah pada jawaban yang serupa. Bahkan pertanyaan seperti itu muncul dari umat Hindu sendiri, “Bli, jika kita percaya reinkarnasi atau punarbahwa, kenapa tidak ingat kejadian masa lalu?”

Sebelum dijelaskan lebih lanjut sesuai pemahaman saya dari membaca literatur Veda, saya akan mengutip sedikit penjelasan orang Kristen; Dick Sutpen, yang melakukan penelitian tentang kebenaran reinkarnasi dengan metode regresi (seperti hipnotis, namun lebih mendalam).

Dalam buku yang berjudul Jodoh dari Surga, terbitan Media Hindu, yang diterjemahkan dari judul aslinya; Born Again To Be Together (Lahir Kembali Untuk Bersama), ditulis oleh Dick Sutpen. Sebagai peneliti reinkarnasi, ia mengungkap pertanyaan yang diulang-ulang (pertanyaan serupa) tentang reinkarnasi akan tetapi ditanyakan oleh orang yang bebeda. Dari beberapa pertanyaan yang ditulisnya, salah satunya yaitu “Jika kita mempunyai kehidupan sebelumnya, kenapa kita melupakan kehidupan itu?”

Akan pertanyan tersebut, Dick Sutpen menjelaskan secara normatif. Namun penting juga untuk dikutip, seperti dinyatakan sebagai berikut:

Untuk menangani kehidupan saat ini dan juga mengingat semua masa lalu akan terlalu menguras energi untuk mengatasi kesadaran saat ini. Kita sendiri sudah memilih hilang ingatan. Kita berharap kita membawa pengetahuan intuitif dari apa yang benar dan apa yang salah, sehingga kita tidak membuat kekeliruan yang sama yang kita buat di kehidupan masa lampau. Semua orang mempunyai perasaan yang kuat tentang hal-hal tertentu yang tidak bisa ditelusuri kembali keasliannya.

Dari uraian di atas, saya menangkap maksudnya, bahwa jika kita mengingat semua kehidupan masa lalu, maka otak kita tidak mampu untuk menampungnya, hanya menguras energi, sedangkan kemampuan otak kita terbatas. Seperti perangkat komputer, jika terlalu banyak arsip yang disimpan maka komputer bisa blank, tak berfungsi dengan baik. Untuk itu, perlu membuang hal-hal yang sudah tak diperlukan. Demikian pula halnya ingatan kehidupan masa lalu, secara otomatis kejadian pada kehidupan masa lalu kita lupakan.

Kita bisa bandingkan dengan mengambil analogi dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita dalam keadaan sadar pada hari ini, kita bisa mengingat hampir semua kejadian hari ini, ini pun kalau daya ingat kita bagus. Ketika malam tiba, kita tidur semalam, hanya sekitar delapan jam. Setelah kita terbangun, kita sudah melupakan banyak kejadian yang terjadi kemarin, hanya mampu mengingat kejadian penting.

Seperti itu juga halnya dengan ingatan tentang kejadian pada kehidupan masa lampau. Dengan mengalami kematian, mengalami perpindahan roh dari badan lama dengan badan baru, maka ingatan kita terhadap kejadian masa lampau otomatis menjadi sirna.

Pemahaman saya dari membaca literatur Veda, dapat diambil kesimpulan bahwa dengan hadirnya tubuh fisik baru yang menyelimuti roh atau jiwa, maka sang roh menjadi alpa (lupa) akan kesejatian dirinya. Untuk bisa mengingat kehidupan masa lalu, maka seseorang diajarkan tentang hakekat kebenaran jiwa. Dengan mempelajari tentang kebenaran atma/roh maka seseorang akan menyadari siapa dirinya yang sesungguhnya.

Pada jaman dahulu, para Rsi bisa melihat kehidupannya pada masa lampau, baik kehidupan dirinya maupun kehidupan orang lain, namun hanya segelintir yang mampu melihat masa lampaunya, seperti misalnya Rsi Vyasa. Mungkin jaman sekarang sudah tak ada lagi mampu melihat kehidupan masa lampaunya dengan mempelajari hakekat sang roh. Meski demikian, beberapa penelitian membuktikan, masih ada orang yang mampu mengingat kehidupan masa lampaunya. Dari hasil peneltian ini, rata-rata orang yang bereinkarnasi dalam waktu dekat, semisal dalam kurun waktu 30 tahun.

Dari beberapa kisah reinkarnasi dalam waktu singkat, saya menemukan kesamaan, dimana orang yang reinkarnasi dalam kurun waktu yang dekat, mengalami kematian tragis, seperti mati diperkosa, dibunuh, dibantai, mati ketika perang, dan sejenisnya.

Hal ini ada keterkaitan dengan petunjuk kitab suci, dikatakan bahwa ketika seseorang semakin terikat dengan kesenangan duniawi, maka ia akan lahir berulang kali, oleh karena itu seseorang dianjurkan untuk melepaskan diri dari ikatan-ikatan kesenangan dunia, seperti misalnya hubungan seks, terlebih hubungan seks terlarang.

Mungkin orang yang mati dengan tidak lazim (diperkosa, dibunuh, dll), roh orang tersebut masih sangat terikat dengan kehidupannya, sehingga ia lebih cepat lahir kembali akibat dari keterikatan akan dunianya. Atau asumsi lain, orang yang mati tak lazim belum tuntas menjalani rehabilitasi kembali di dunia, sehingga ia harus dilahirkan kembali dalam waktu singkat.

Menurut kitab suci, bayi sebenarnya dapat mengingat kehidupan masa lalunya. Dalam kitab Garbha Upanisad dijelaskan bahwa ketika bayi dalam kandungan berumur sekira sembilan bulan, sang bayi dapat mengingat kehidupan masa lalunya. Hal ini yang akan menentukan ke arah mana kehidupannya kelak, sesuai karma masa lalunya.

Pada jaman modern, seseorang dapat mengetahui kejadian-kejadian penting pada kehidupan masa lalunya dapat dilakukan dengan metode regresi, mirip dengan metode hipnotis, seperti penelitian yang dilakukan oleh Dick Sutpen. Bahkan dengan memasuki alam tidak sadar atau bawah sadar, ada kemungkinan seseorang dapat mengingat kejadian masa lampau, atau kita mengingat kejadian masa lampau ketika kita tidur, namun itu kita anggap bunga tidur alias mimpi.

Antara orang-orang yang secara alami mampu mengingat kehidupan penting masa lampaunya dengan motede regresi, saya menemukan hal yang sama. Dimana orang yang masih mampu mengingat kejadian masa lampaunya adalah kejadian-kejadian yang tragis. Dan hidup pada kurun waktu yang masih dekat, tak lebih dari kurun waktu 100 tahun.

Sebagai penutup tulisan ini, ada baiknya kita berpikir sederhana; jangankan kita ingat kehidupan masa lampau, kejadian setahun yang lalu saja sudah lupa.

Sebelumnya Penyucian Diri Setelah Wanita Menstruasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun