Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Depresi, Obat, dan Kebahagiaan

1 Juli 2017   12:27 Diperbarui: 1 Juli 2017   12:34 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Beberapa minggu lalu saat aku mengikuti sebuah talkshow di daerah BSD Tangerang Selatan, temanku yang tinggal di daerah sana menemuiku di tempat talkshow. Kami berbincang tentang banyak hal termasuk orang-orang yang kami kenal.

“Yang rambutnya dicat itu bukan, Mbak?” tanya temanku saat dia berusaha mengenali orang yang aku sebutkan.

“Iya yang hobinya piknik itu,” kataku.

“Ah, biarpun suka piknik, kayaknya dia banyak masalah deh,” komentar temanku. “Dia langganannya dokter syaraf tau. Tiap ke apotek kerjaannya nebus resep Xanax.”

Aku agak terkejut. Masak sih? Masak orang yang kerjaannya piknik mengkonsumsi Xanax dari dokter syaraf? Xanax adalah merek obat yang sering diresepkan sebagai obat penenang. Tapi ya mungkin juga orang yang kami bicarakan ini adalah seorang pejabat di sebuah perusahaan swasta yang cukup besar. Mungkin tekanan dari pekerjaannya menyebabkan dia stress dan piknik yang hampir dilakukannya tiap bulan belum bisa mengurangi stress yang dideritanya.

“Stress kali dianya,” timpalku singkat.

Tentang Depresi

Menurut Mitch Albom dalam bukunya yang berjudul Have a Little Faith, apa yang kita sebut dengan depresi hanyalah ketidak puasan, sebagai akibat dari penetapan target yang terlalu tinggi hingga mustahil dicapai atau mengharapkan harta karun yang tak ingin kita upayakan dengan bekerja. Ada orang-orang yang sumber ketidak bahagiaan mereka adalah hal-hal yang tidak tertanggungkan seperti berat badan, kebotakan, kemandekan dalam bekerja, atau ketidak mampuan mereka mendapatkan pasangan yang cocok.

Dalam situasi tersebut, sepertinya obat antidepresan merupakan jawaban dari depresi yang mereka alami. Memang antidepresan melakukannya. Namun, obat tidak mengubah masalah mendasar yang membuat kita depresi. Obat tidak membuat kita memiliki karir yang cemerlang ataupun membuat kita menemukan pasangan yang cocok.

Kebahagiaan dalam obat

Kadang, orang tidak perlu menderita trauma khusus untuk mendapatkan obat antidepresan. Cukup dengan gejala depresi umum atau kecemasan atau susah tidur beberapa dokter bisa meresepkannya. Seolah-olah kesedihan sama mudah diobatinya dengan pilek. Cobalah tanya pada apoteker yang bertugas di rumah sakit. Berapa banyak resep antidepresan yang mereka terima setiap harinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun