Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membaca Pengalaman Berislam di China

19 Desember 2019   09:36 Diperbarui: 19 Desember 2019   09:53 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
buku Kurma di Ladang Salju (dokumentasi pribadi)

"Dituding Tindas Muslim Uighur, Ini Sikap Resmi China ke Ozil", demikian judul sebuah berita yang diturunkan oleh cnbcindonesia.com tanggal 17 Desember 2019.

Beberapa hari yang lalu, Mesut Ozil, seorang pesebakbola Jerman yang berasal dari Turki memposting sebuah komentar di Twitter. Katanya: "(Di China) Quran dibakar, masjid ditutup, sekolah teologi Islam-madrasah dilarang, cendikiawan dibunuh satu per satu. Terlepas dari itu semua, Muslim tetap diam."

Akibatnya, negara tersebut membatalkan siaran pertandingan Liga Premier Arsenal melawan Manchester City. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang berkata, "Saya tidak tahu apakah Tuan Ozil sendiri sudah pernah pergi ke Xinjiang. Tetapi tampaknya ia telah ditipu oleh berita palsu, dan bahwa penilaiannya dipengaruhi oleh pernyataan yang tidak benar."

Simpang siur berita tentang kondisi umat muslim Uighur ini memang sudah berlangsung lama. Novi Basuki, seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Sun Yat-sen University, bersama Buku Mojok bahkan menerbitkan buku yang isinya banyak membahas tentang ini (ulasan bukunya bisa dibaca di sini yah....). Novi Basuki membaca apa yang terjadi di Indonesia dan menuliskan apa yang beliau lihat dan alami di China sana.

Satu buku lagi yang diterbitkan oleh Buku Mojok juga membahas tentang kondisi muslim di China, Kurma di Ladang Salju. Di bab 3 buku ini, penulisnya (Ali Romdhoni) menuliskan pengalaman beliau menjadi muslim di China. Tepatnya di kota Harbin.

China, bukan negara yang sama sekali melarang orang-orang yang tinggal di sana untuk beragama dan beribadah. Pada tulisan yang berjudul "Ramadan dan Masa Depan Islam di China", Dhoni mengatakan bahwa China adalah negara yang serius ingin menghadirkan keadilan dan kesejahteraan bagi rakyatnya, termasuk orang-orang Islam.

Di sana diceritakan Dhoni bertemu dengan Bolin Ahong, seorang imam masjid yang dikirim belajar oleh sebuah majelis agama Islam ke Madinah untuk mendalami perbandingan mazhab. Kembalinya dari Madinah, beliau mengenalkan Islam yang mempersatukan pada umat Islam di Xiangfang, China.

Dalam tulisan yang berjudul "Islam di China: Dari Masjid, Restoran, hingga Label Halal", Dhoni memotret simbol-simbol yang menjadi penanda bagi keberadaan Islam di Harbin. Simbol pertama, dan yang paling terlihat nyata, adalah masjid. Masjid di Harbin tidak disamarkan. Dia jelas memiliki ciri khusus bila dibanding dengan bangunan yang lainnya.

Simbol yang kedua adalah restoran halal. Kata Dhoni, restoran halal di Harbin itu banyak. Di kampus dia saja, Heilongjiang University, ada 3 restoran halal. Di China, seperti di Indonesia, ada organisasi masyarakat Muslim yang mengeluarkan 'cap halal' untuk produk-produk makanan yang bisa dikonsumsi umat Islam.

Simbol ketiga adalah busana muslim. Umat Islam di China tidak dilarang mengenakan pakaian yang menunjukkan keislamannya. Misalnya gamis, peci, atau jilbab. Bahkan dalam tulisan berjudul "Cadar dan Wajah Islam", Dhoni menemui orang-orang yang mengenakan cadar.

Tapi apakah yang dia tulis sudah pasti benar? Yang jelas sih, itu bukan di Xinjiang, tempat terjadinya konflik antara Muslim Uighur dengan pemerintah China.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun