Mohon tunggu...
Meita Eryanti
Meita Eryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Penjual buku di IG @bukumee

Apoteker yang beralih pekerjaan menjadi penjual buku. Suka membicarakan tentang buku-buku, obat-obatan, dan kadang-kadang suka bergosip.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ibu, Aku Butuh Bantuan

30 Januari 2019   22:04 Diperbarui: 30 Januari 2019   22:08 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
parenting.firstcry.com

Aku mengusap kepala Refan, putra pertamaku, yang sedang tertidur. Aku mendekap dan menciumi kepalanya sambil berkata maaf. Tak terasa, air mataku mengalir melalui pipi dan menetes ke selimut yang digunakan olehnya. Aku membuang pisau yang sejak tadi aku pegang dan tersedu-sedu di lantai kamarku. Entah apa yang kupikirkan sampai aku berniat untuk membunuh anakku sendiri.

Aku tiba-tiba teringat pada kejadian itu. Saat, aku masih berusia 6 tahun.

Di suatu sore, saat aku dan ibuku pulang dari pasar, aku melihat Resa menangus meraung-raung sambil menggedor-gedor pintu rumahnya. Resa adalah sepupuku yang masih berusia 3 tahun. Dia menangis sampai terbatuk-batuk. Ibuku segera menghampiri Resa dan bertanya ada apa. Dengan sesenggukan, Resa kemudian bercerita bahwa dia tidak diperbolehkan masuk oleh ibunya.

Segera ibuku menggedor pintu rumah Resa dan memanggil nama Mama Resa. Mama Resa membukakan pintu. Aku memperhatikan penampilan Mama Resa yang berbeda dari biasanya. Biasanya, Mama Resa mengenakan kemeja lengan panjang yang digulung dan celana jins yang membentuk kak inya yang jenjang. Rambutnya yang panjang diikat ke atas dengan ikat rambut berwarna-warni. Pipi dan bibirnya dipulas berwarna merah muda.

Kali ini, Mama Resa masih mengenakan baby doll berwarna merah. Muka dan bibirnya pucat seperti ayah kalau seharian tidak minum air putih. Garis di bawah matanya berwarna hitam seperti panda. Rambutnya acak-acakan dan diikat sekenanya.

"Kamu kenapa, Nah?" tanya ibuku sambil menggoyang-goyangkan bahu Mama Resa.

"Rachel sakit, Mbak," jawab Mama Resa. "Resa merengek terus. Kepalaku sudah mau pecah. Karena Resa nggak mau berhenti merengek, aku hukum dia di luar. Dia baru boleh masuk kalau berhenti merengek. Dianya malah menggedor-gedor pintu. Rachel jadi ikutan rewel..."

Mama Resa kemudian menangis tersedu-sedu. Ibu memeluk dan mengusap punggung Mama Resa. Setelah Mama Resa tidak lagi terisak-isak, ibu membungkuk pada Resa.

"Resa main sama Kakak ya?" pinta ibuku.

Resa mengusap air matanya dan mengangguk. Ibu kemudian mengusap rambutku dan mengangguk padaku. Segera, aku mengajak Resa ke rumahku yang tidak jauh dari sana. Ketika ibu pulang diantar oleh Papa Resa dan Resa pulang, aku bertanya pada ibu apa yang terjadi.

"Mama Resa kelelahan, Nak," kata ibuku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun