Mohon tunggu...
mega_ern
mega_ern Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wanita Terbaik

30 April 2015   17:25 Diperbarui: 29 Juni 2015   12:39 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta, 1997

Dia baru saja tamat SMU dan melanjutkan kuliah kedokteran tahun pertama, setahun kemudian tiba berita itu....

What? Kanker rahim?

Jantung seakan berhenti berdetak sewaktu dia divonis kanker rahim. Wanita dan kanker rahim, sesuatu yang menakutkan! Tak ada pilihan lain saat itu, operasi dan kemoterapi, dia harus cuti kuliah. Perubahan - perubahan itu mulai nampak, rambut lurus sepinggang tinggal cepak pendek, kulit kuning langsat bersih menjadi pucat gelap, wajah cerah berbinar tampak lusuh capai menahan sakit tapi dia tidak menyerah, dukungan keluarga membuatnya kuat dan tentu saja Tuhan yang dia percaya selalu memberinya pengharapan. Selesai kemoterapi dia kembali melanjutkan kuliah dan harus tetap melakukan kontrol kesehatan.

Jakarta, 2002

Kanker itu kembali, sudah terlanjur menyebar, kalau sebelumnya rahim sebelah kiri, kali ini rahim sebelah kanan. Dia seakan tak sanggup lagi, ingin menyerah tapi dukungan keluarga membuatnya kuat. Operasi dan kemoterapi lagi, rahim itu diangkat. Pendidikan koas/ko-as/ko-asisten atau dokter muda harus tertunda. Dia sudah seperti hampir mati, tubuhnya tinggal kulit dan tulang belulang. Tapi dia bertahan hidup!

Jakarta, 2005

Dia berhasil menyelesaikan kuliah kedokterannya dan resmi menjadi dokter umum, kemudian kembali ke kampung halamannya, Sumba, mengabdi bagi masyarakat setempat. Setiap kali ke Jakarta, dia harus melakukan kontrol kesehatan.

Kini dia dinyatakan bersih dari kanker, what an amazing and wonderful life!

Sekarang dia menjadi tulang punggung keluarga, selalu menjadi penolong dan penghibur di saat hidup seakan tak adil, teladan bagi adik-adik dan kebanggaan keluarga. Keinginannya melanjutkan pendidikan ke jenjang spesialis masih ada, hanya menunggu waktu, semoga pemerintah daerah tempatnya mengabdi membuka mata dan hati bahwa mereka perlu dokter spesialis putra-putri daerah yang bisa mengabdi bagi daerah tersebut.

Terima kasih Tuhan untuk wanita terbaik yang Engkau berikan, kiranya terangnya bersinar terus, menjadi berkat bagi sesamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun