Mohon tunggu...
Didi Santoso
Didi Santoso Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pembelajaran untuk Generasi Emas

22 September 2017   11:13 Diperbarui: 22 September 2017   13:09 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image 1. Pemuda peduli dengan penuh semangat membangun

SEMANGAT BELAJAR BUKAN KARENA PAKSAAN TAPI MERUPAKAN JATI DIRI YANG TERSIMPAN UNTUK GENERASI EMAS

Kita sebagai manusia merupakan seorang pembelajar sejati dimana kita akan selalau mempelajari segala hal berkaitan dengan lingkungan disekitar kita secara terus menerus baik secara langsung sebagai informasi atau sebagai bekal dia beradapatasi di masyarakat. Pembelajaran seperti ini dimulai dari hal sederhana ketika kita berusia masih sangat dini, seperti ketika kita mempelajari sebuah benda, berjalan dan berbicara. Akan tetapi kebanyakan orang masih belum mengerti bahwa bagaimana kita menyikapi proses pembelajaran yang pada dasarnya adalah sebuah proses pengembangan diri yang paling mendasar.

Pada umumnya masih sering proses pembelajaran mendapat perlakuan respon yang kurang baik dan menarik. Seperti yang dapat kita lihat dalam polemik pendidikan Indonesia banyak dari tenaga pengajar yang memaksakan peserta didik untuk memenuhi dan menjadi media pencapaian target seorang tenaga pengajar dengan menyampingkan pertimbangan penguasaan peserta didik akan pembelajaran yang diterimannya.

Dalam hal ini, harus secara serius mempertimbangkan semacam kompetisi dalam hal kreativitas peserta didik, dengan demikian usaha mereka akan semakin didorong dan dipupuk.

Di sisi lain pula, mereka akan memahami sesuatu sampai batas tertentu dengan melakukan tanggung jawab mendasar seperti memisahkan sampah organik dan non-organik, perlu bentuk implementasi nyata agar meraka dapat lebih memahami dengan apa yang mereka pelajari saat itu.

Inilah langkah dasar yang harus dicapai untuk mendorong pencapaian lain yang lebih rumit.

Lalu kasus lain adalah dengan seorang anak perempuan berusia 11 tahun, sebut saja namanya adalah Mawar. Orang tua dari anak ini mengeluhkan bahwa anaknya susah dalam memulai pembelajaran yang mengakibatkan dia sering mendapat teguran dari guru yang memberikan pembelajaran. Namun ketika Mawar ditanya tentang kegemarannya, dia dengan sigap menjawab dia gemar melukis, dan pelukis ternama yang dia kagumi adalah Da Vinci. Bahkan dia hafal seluruh karya pelukis ternama dunia seperti Da Vinci tersebut, dia juga menceritakan sejarah Da Vinci dengan sangat jelas, dan dapat menyebutkan lokasi serta tempat dimana Da Vinci pernah menuangkan ide kreatifnya sepanjang hidupnya.

Luar biasa bukan? Ini menunjukan tidak ada masalah dengan otak Mawar.

Maka dapat kita simpulkan masalahnya datang dari sumber yang lain.

Nah, sekarang kita dapat melihat kasus tersebut jelas permasalahnya bukan karena Mawar tidak memiliki kemampuan dalam memahami sesuatu namun saya kira dia tidak ada ketertarikan mempelajari pelajaran terkait sesuatu yang tidak dia gemari.

Tentu ini perlu mendapatkan respon yang benar sehingga tidak mendapatkan perlawanan dan bisa membuat kita semangat untuk belajar.

Tahap pertama untuk memulai perbaikan adalah dari orang tua dan lingkungan sekitar kita, baru kemudian dengan apa yang kita lakukan dalam keseharian kita setiap hari.

Salam,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun