Mohon tunggu...
mcDamas
mcDamas Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Orang biasa (seperti kebanyakan rakyat Indonesia) yang sok ikut kompasiana meskipun terbata-bata. Bila teman bersedia, klik juga http://kitabiza.com, http://lampungsae.com, http://inacraftmart.comdan http://englishsolutioncenter.com

Selanjutnya

Tutup

Politik featured

Pelajaran Penting dari Pilkada DKI 2012

22 September 2012   10:08 Diperbarui: 20 April 2017   12:35 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiruk pikuk pilkada DKI Jakarta 2012 telah usai. Kini tinggal menunggu penetapan KPUD untuk melegalisasikan pasangan pemenang, Jokowi-Basuki; dan keputusan Presiden, Mendagri dan DPRD untuk menetapkan keduanya sebagai gubernur dan wakil gubernur definitif periode 2012-2017. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari peristiwa demokrasi lima tahunan tersebut. Pelajaran ini bukan saja untuk generasi (politisi) tua tetapi juga generasi (calon pemimpin) muda. Bagi generasi tua Bagi generasi (pemimpin tua), pilkada DKI adalah cermin untuk mereka berkaca dan berinstropeksi. Sebagai seorang yang sedang menjabat sebagai pemimpin (apapun levelnya), rendah hati, sopan, terbuka pada kritik, dan melayani adalah sifat-sifat yang harus dikedepankan. Bukan waktunya lagi seorang pejabat mengklaim dirinya paling pintar, paling mengerti permasalahan atau paling ahli. Politik partisipatif harus dikembangkan untuk melibatkan semua unsur masyarakat ikut serta dalam mencari solusi terhadap suatu masalah. Meskipun sudah menduduki suatu jabatan dalam jangka waktu yang lama, bukan tempatnya seorang pejabat atau pemimpin mengklaim bahwa pembangunan yang terjadi adalah keberhasilannya semata. Apalagi keberhasilan yang diklaim bertolak belakang dengan kenyataan yang dirasakan oleh rakyat. Bila merasa bahwa dia sudah diberi kesempatan untuk menduduki suatu jabatan dan ternyata tidak berhasil membuat kemajuan-kemajuan seperti yang dijanjikan atau yang diharapkan oleh rakyat, mengundurkan diri atau setidak-tidaknya tidak mencalonkan diri lagi dalam pemilu atau pilkada adalah keputusan yang lebih terhormat. Namanya akan tetap diingat dan dicatat sebagai seorang pejabat yang baik. Mengusung fanatisme sempit ternyata sudah tidak relevan untuk menjatuhkan lawan. Isu SARA, penistaan, fitnah, propaganda-propaganda atau memutarbalikkan makna ayat-ayat suci adalah cara-cara keji dan akan mendapat perlawanan dari rakyat. Bagi generasi muda Bagi generasi muda calon pemimpin, fenomena kemenangan Jokowi-Basuki memaparkan sebuah pelajaran yang sangat berarti. Kita harus memiliki rasa optimisme yang tinggi bahwa apa yang kita cita-citakan, selama cita-cita itu baik, pasti dapat kita raih. Jokowi-Basuki mencontohkan bahwa untuk meraih cita-cita tersebut, kita harus bekerja keras menunjukkan dan menggali potensi dalam diri kita dan mendedikasikannya semata-mata hanya untuk rakyat. Uang ternyata bukan segala-galanya. Kepribadian yang baik adalah modal utama untuk bersaing ditengah-tengah hegemoni politik uang, politisi bermodal atau politisi instan. Kepribadian yang baik seperti rendah hati, sopan, jujur, transparan, terbuka terhadap kritik dan pro rakyat adalah satu diferensiasi yang membuat kita lebih menonjol dari yang lain. Ketulusan dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan juga tak kalah pentingnya. Kita bekerja bukan untuk mencari pujian atau pengakuan. Kita bekerja harus semata-mata karena kita menjalankan amanah yang telah diberikan kepada kita. Pujian dan pengakuan akan datang dengan sendirinya dari rakyat apabila pekerjaan yang kita lakukan berhasil baik dan dapat dirasakan manfaatnya. Dalam bersaing, adu program, adu visi dan misi adalah yang pertama. Tidak ada tempat bagi kita untuk meraih kemenangan dengan menjatuhkan lawan melalui penistaan, isu SARA, intimidasi atau sekedar memperalat ayat-ayat suci dan cara-cara lain yang sejenis. Last but not least, munculnya Jokowi-Basuki sebagai pemenang pilkada DKI Jakarta juga merupakan pelajaran berharga bagi kehidupan perpolitikan di Indonesia. Paling tidak itulah pelajaran berharga yang dapat kita petik dari pilkada DKI Jakarta 2012 dan kemenangan Jokowi-Basuki. Pasti para pembaca masih memiliki poin-poin tambahan menyangkut pelajaran yang tersaji dari peristiwa tersebut. sumber gambar: tribunnews.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun