Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sugiono, Menafkahi Keluarga dari Berburu Cacing

4 Maret 2017   22:09 Diperbarui: 6 Maret 2017   02:00 2041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sugiono sedang menangkap Cacing Lur (dok.pri)

[caption caption="(dok.pri)"][/caption]

Begitu banyak aktivitas keseharian manusia dalam memenuhi nafkah keluarganya yang tak bisa diceritakan satu persatu di sini. Kemarin (03/03) saya melihat langsung seseorang mengais rezeki di Sungai Kemasan, Wonoayu – Sidoarjo.

Selama ini Sungai Kemasan berfungsi sebagai kali (sungai kecil) untuk mengairi (irigasi) lahan pertanian yang ada di desa-desa sekitarnya. Namun bagi Sugiono, Sungai Kemasan dan beberapa sungai lain yang ada di Kabupaten Sidoarjo seolah sudah menjadi ladang mendulang emas. Lalu apa sebenarnya aktivitas sehari-hari Sugiono itu? Menjala atau mengail ikan? jawabnya bukan, mencari sampah plastik atau besi rongsokan di sungai? juga bukan, nyetrum ikan? bukan. Pria yang akrab disapa Giono itu sehari-harinya ternyata berburu Cacing Lur di Sungai Kemasan.

[caption caption="Menangkap Cacing Lur"]

Menangkap Cacing Lur dengan jaring halus (dok.pri)
Menangkap Cacing Lur dengan jaring halus (dok.pri)
[/caption]

"Mulane awakku kroso gatel-gatel pak soale durung kulino slulup nang kali (awalnya badan saya terasa gatal-gatal pak karena belum terbiasa menyelam di sungai, red)” ujar Giono saat berbincang dengan saya di tepi Sungai Kemasan.

Ia pernah merasakan sekujur badannya gatal-gatal saat pertama kali menekuni pekerjaan sebagai pemburu Cacing Lur. Awalnya ia merasa malas dan sempat patah semangat dengan profesi yang dijalaninya itu. Lama-kelamaan terbiasa juga apalagi Cacing Lur memiliki nilai ekonomi yang menjanjikan.

Pria kelahiran Desa Sedengan Wijen, Krian-Sidoarjo, Jawa Timur itu kini sudah lebih dari lima belas tahun menapaki karir sebagai pemburu Cacing Lur. Untuk sekaleng cat Cacing Lur dengan berat 5 kilogram di tingkat pengepul harganya berkisar antara 45 sampai 65 ribu rupiah.

Dalam sehari sedikitnya ia bisa memperoleh Cacing Lur sebanyak 3 kilogram. Oleh pengepul Cacing Lur tadi dibersihkan lagi, kadang langsung dijual ke Blitar dan kota-kota lain di Jawa Timur dalam kondisi masih segar. Sebagian lagi dikirim ke pabrik untuk diproses kembali menjadi bahan baku pakan berbagai ikan termasuk ikan hias.

Cacing Lur biasane uripe nang kali sing akeh limbahe pak (Cacing Lur biasanya hidup di sungai berlimbah pak, red)” terangnya sambil sesekali membersihkan cacing tangkapannya dengan saringan khusus. Pria muda beranak satu kelahiran 34 tahun silam itu terlihat begitu heppy dan percaya diri dengan karir yang ia tekuni selama ini.

Bila diperhatikan, pekerjaan yang dilakoni Giono itu tampak begitu sederhana, hanya pencari cacing dalam sungai. Dengan hanya berbekal pelampung yang terbuat dari ban dalam roda mobil, wadah plastik dan jala saringan untuk menangkap cacing, ia mengisi kesehariannya dengan berburu cacing.

Namun siapa sangka berkat pekerjaan unik itu ia bisa membangun rumah dan menghidupi keluarga di desanya. Suatu profesi yang mungkin saja dipandang rendah orang lain namun sebenarnya cukup tinggi hasilnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun