Mohon tunggu...
Herman Wijaya
Herman Wijaya Mohon Tunggu... profesional -

Penulis Lepas.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Menanti Aksi Zohri di Asian Games 2018 dan Menunggu Lahirnya "Zohri" Baru Sesudahnya

31 Juli 2018   09:28 Diperbarui: 31 Juli 2018   09:25 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi foto: Jakmania, pendukung kesebelasan Persija. (Dok. Pribadi)

Kemenangan sprinter muda Indonesia Muhammad Lalu Zohri pada Kejuaraan Dunia Atletik Junior U-20 di Finlandia, awal Juli 2018, berhasil membetot perhatian bangsa Indonesia. Zohri menjadi juara di nomor paling bergengsi, yakni 100 meter yunior putra.

Kita seakan tidak percaya dengan kemenangan Zohri. Betapa tidak, nomor bergengsi lari cepat, bahkan untuk nomor lain di tingkat dunia, bukanlah domain atlit Indonesia. Itulah barangkali mengapa tim Indonesia tidak menyiapkan bendera untuk Zohri.

Setelah kemenangan itu Zohri langsung menjadi idola. Semua orang ingin dekat dengan Zohri. Pejabat penting di negeri ini memberi hadiah --  seolah mereka begitu peduli dengan Zohri, seolah peduli dengan pembinaan olahraga di tanah air, khususnya atletik yang telah melahirkan juara dunia yunior lomba lari 100 meter.

Masyarakat kebanyakan cukup melihat Zohri di televisi, media massa lain atau di media sosial. Jika ingin melihat Zohri secara langsung, dan beraksi nyata, datanglah ke arena atletik Asian Games 2018 yang akan datang, terutama di lomba lari.

Namun Zohri tidak diturunkan di lomba 100 meter yang melambungkan namanya, melainkan dalam nomor estafet 4x100 meter. Keputusan PB PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia) menurunkan Zohri di nomor tersebut bukan tanpa alasan. 

Rekor lari 100 meter dari Zohri masih kalah dengan juara Asian Games di Incheon 2014 yang sudah menembus 9 sekian (detik), sedangkan Zohri baru 10,18 (detik).

Saingan Zohri di nomor 100 meter putra adalah para sprinter top Asia. Antara lain: Su Bingtian (Cina/9,91 detik), Xie Zhenye (Cina/9,98 detik), Mohammed Abdullah Abkar (Arab Saudi/10.03 detik), Taftian Hassan (Iran/10,03 detik), Ryota Yamagata (Jepang/10,05 detik), dan banyak lagi.

Keputusan PB PASI patut diapresiasi, karena jika Zohri kalah, apalagi di hadapan publiknya sendiri, akan sangat berpengaruh pada mental Zohri. Jika mentalnya jatuh, sulit untuk menjaga prestasinya di masa depan. Zohri adalah permata yang harus dikeluarkan pada waktu yang tepat, agar tidak rusak dan mengurangi keindahannya.

Apapun keputusan yang sudah dibuat oleh induk olahraga yang menaungi Zohri, masyarakat berharap Zohri bisa menunjukkan penampilan terbaiknya. 

Syukur-syukur melalui kecepatan dia dan kawan-kawannya satu tim berhasil mempersembahkan medali bergengsi bagi Indonesia. Kalau dia menang, dipastikan Zohri akan mendapat bendera merah putih sebanyak yang dia mau, saat victory lap, atau sesudahnya.

Kemenangan Zohri dan kawan-kawan di Asian Games 2018 bukan hanya menaikkan gengsi Indonesia sebagai negara besar, tetapi pada gilirannya akan memotivasi anak-anak muda di berbagai penjuru tanah air untuk mencintai cabang olahraga, khususnya atletik dan melakukannya dengan sungguh-sungguh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun